RADARCIREBON.TV – Manchester City resmi memamerkan rekrutan barunya: Gianluigi Donnarumma. Sang kiper utama Timnas Italia ditebus dari Paris Saint-Germain dengan harga fantastis, Rp468 miliar, di hari terakhir bursa transfer. Etihad pun gegap gempita.
Namun, jangan buru-buru merasa aman. Di balik pesta penyambutan ini, sejarah City menyimpan kisah getir: kiper secemerlang apapun bisa berakhir jadi korban, entah dibuang ke bangku cadangan atau dipaksa cabut lebih cepat dari yang ia kira.
Kedatangan Donnarumma memang jadi jawaban atas rapuhnya pertahanan City. Klub yang biasanya jadi penguasa papan atas kini memalukan: tercecer di posisi ke-13 klasemen Liga Inggris. Blunder demi blunder membuat Guardiola kehilangan kesabaran. Solusinya? Memboyong kiper muda yang disebut-sebut terbaik di generasinya.
Baca Juga:Ternyata Ini Alasannya Man City Belum Mengumumkan Resmi DonnarummaBuffon Siap Kasih Wejangan ke Donnarumma yang Lagi Galau Soal Masa Depan
Donnarumma langsung dikalungi kontrak mewah. Rp234 miliar jadi gaji musim pertamanya, naik menjadi Rp265 miliar di dua tahun terakhir kontraknya. Belum lagi bonus Rp46,8 miliar per musim, termasuk insentif spesial untuk gelar Liga Primer dan Liga Champions. Clean sheet? Nilainya juga dihitung. Uang mengalir deras, seolah tiap kali ia menutup gawang, kas klub ikut berbunga.
Tapi mari bicara fakta pahit: City bukan klub yang ramah bagi kiper. Joe Hart pernah dianggap legenda lokal, lalu ditendang dingin begitu Guardiola datang. Claudio Bravo? Pernah dielu-elukan, akhirnya dilupakan. Ederson sempat jadi pilar treble winner, tapi kini posisinya goyah, dilabeli inkonsisten, bahkan dianggap beban.
Apa artinya? Donnarumma bisa saja bersinar musim ini, jadi tembok kokoh, bahkan pahlawan di Liga Champions. Tapi bila performanya melorot sedikit, atau gaya mainnya tak lagi cocok dengan filosofi Guardiola, nasibnya bisa sama: dicadangkan, disisihkan, atau dijual dengan label “sudah tak sesuai kebutuhan tim.”
City memang suka memuja dengan uang, lalu mengubur dengan kejam. Itulah realitas keras di Etihad. Jadi, bagi Donnarumma, kontrak gemerlap ini bukan jaminan masa depan. Ia datang sebagai pahlawan baru, tapi bisa saja pergi sebagai kisah tragis berikutnya.
Di atas kertas, kedatangan Donnarumma adalah kabar manis. Kiper utama Timnas Italia itu baru berusia 26 tahun, masih segar untuk karier panjang di bawah mistar. Namun, bagi mereka yang selama ini dipercaya mengawal gawang City, transfer ini jelas sebuah alarm keras. Jika tak segera berbenah, kursi hangat di Etihad bisa berubah jadi bangku cadangan dingin.