Timnas U-17 Kalah dari Makedonia 1-0, Garuda Muda Tersungkur

Timnas U-17
Timnas U-17 saat pemusatan latihan di Bulgaria
0 Komentar

Memasuki babak kedua, Makedonia Utara kembali mengambil inisiatif. Namun, kualitas mereka juga bukan tanpa cela. Beberapa kali salah umpan ketika mendekati kotak penalti Indonesia membuat laga berjalan dalam ritme yang aneh—seperti menonton dua tim yang sama-sama masih belajar bagaimana mengendalikan diri di level internasional. David Angeleski sempat menguji peruntungan lewat tembakan dari luar kotak penalti, tapi bola hanya melambung tipis.

Indonesia sendiri, meski berusaha keluar menyerang di menit-menit akhir, tampak kehilangan tajinya. Tekanan yang diberikan tidak cukup tajam, tidak cukup kreatif, dan tidak cukup berani. Seolah-olah ada dinding tak kasat mata yang membuat Garuda Muda hanya berputar-putar di sekeliling kotak penalti lawan tanpa benar-benar menancapkan taring. Pada akhirnya, skor 0-1 untuk Makedonia Utara bertahan hingga peluit panjang.

Kekalahan ini tentu menyakitkan, bukan hanya karena Indonesia sebenarnya punya momen untuk mencetak gol, tetapi juga karena alasan klasik yang terus terulang: kesalahan individu. Betapa sering kita melihat cerita yang sama, dari level senior hingga junior. Satu operan ceroboh, satu pilihan buruk, lalu semua runtuh. Rasanya seperti menonton film lama dengan judul berbeda, tapi alur ceritanya sama.

Baca Juga:Real Madrid 2-1 Sociedad, Real Madrid Menang Susah Payah, Bahkan Nyaris KalahCara Nonton, Live Streaming Timnas U17 Indonesia vs Makedonia Utara: Ujian Garuda Muda Menuju Piala Dunia

Namun, sebelum semua orang larut dalam kekecewaan, ada baiknya kita melihat sisi lain. Laga ini hanyalah uji coba, bukan final Piala Dunia. Justru inilah saatnya untuk menelan pil pahit agar nanti saat di panggung sesungguhnya, kita tidak lagi jadi tontonan empuk lawan. Kesalahan Putu Panji adalah harga mahal, tapi harga yang harus dibayar agar ia belajar. Tembakan melenceng Nazriel dan Lucas adalah pengingat bahwa di level internasional, ketenangan jauh lebih penting daripada sekadar berani melepaskan tendangan.

Sepak bola Indonesia sering kali terlalu cepat merasa puas ketika menang, dan terlalu larut dalam marah ketika kalah. Padahal, keduanya sama-sama ujian. Laga melawan Makedonia Utara memberi gambaran bahwa masih ada banyak pekerjaan rumah: membangun mental agar tidak gampang grogi, memperbaiki koordinasi lini belakang agar tidak mudah kecolongan, dan meningkatkan kualitas serangan agar tak hanya berputar-putar tanpa hasil.

0 Komentar