Di satu sisi, ini adalah inovasi. Di sisi lain, ia juga satir yang menyedihkan: betapa estetika kita kini bergantung pada seberapa piawai menulis prompt, bukan seberapa berani menceburkan diri ke air sungguhan.
Gemini AI memang berhasil menghadirkan “keindahan bawah air” ke layar ponsel. Namun, jangan lupa, pada akhirnya semua itu hanyalah kumpulan pixel yang dipoles algoritma. Ikan koi tetaplah ikan koi digital, tidak bisa diberi makan, apalagi dipelihara.
Dan mungkin, di situlah letak sarkasme terbesar era ini: manusia lebih sibuk memelihara gambar ikan koi daripada menjaga ikan koi sungguhan.
