Banyak Kejutan, Persib Tumbang, Real Madrid Dibantai, Liverpool Terkapar, Chelsea Dihabisi Tim Kecil

Ruben Amorim
Ruben Amorim semakin tertekan setelan Man UTD kalah dari Brentford Foto : Ruben Amorim
0 Komentar

Lalu datang kabar buruk dari Inggris bagian lain. Liverpool yang biasanya dijuluki tim pantang menyerah, justru tumbang di tangan Crystal Palace. Skor 2-1 bukan hanya soal angka, tetapi juga soal bagaimana Jurgen Klopp dan pasukannya benar-benar tak berdaya. Palace, yang seharusnya jadi santapan empuk, malah menjelma jadi mimpi buruk. Liverpool bermain dengan gaya setengah hati, seolah sudah yakin tiga poin akan datang begitu saja. Nyatanya, sepak bola tidak mengenal kesombongan. Palace membuktikan bahwa nama besar hanya ada di kertas, bukan di lapangan.

Namun, drama pamungkas pekan ini datang dari London Barat. Chelsea, juara dunia antarklub 2025, klub yang setiap musim menghamburkan uang tanpa pikir panjang, dipermalukan Brighton dengan skor 3-1. Ya, Brighton. Tim yang dalam hierarki sepak bola Inggris sering dianggap “tim kecil” dengan dana terbatas, justru menghajar Chelsea habis-habisan di Stamford Bridge.

Awalnya, semua berjalan sesuai rencana The Blues. Enzo Fernández membuka skor di menit 24, membuat fans di Stamford Bridge bersorak puas. Mereka yakin laga ini akan menjadi kemenangan mudah. Apalagi statistik menunjukkan Chelsea menguasai segalanya: penguasaan bola, jumlah operan, bahkan jumlah tembakan. Namun, sepak bola sekali lagi membuktikan dirinya penuh ironi.

Baca Juga:FT : Manchester City Vs Burnley 5-1, Maxime Esteve Cetak Dua Gol Ke Gawang SendiriFT : Crystal Palace Vs Liverpool 2-1, Liverpool Dua Kali Dikalahkan Crystal Palace

Petaka datang di menit 53 ketika Cholaba dikartu merah. Bermain dengan sepuluh pemain, Chelsea seperti kehilangan arah. Brighton yang sebelumnya tertekan, mendadak berbalik jadi penguasa. Dany Welbeck, pemain yang sering dianggap “sisa-sisa Arsenal,” tiba-tiba jadi pahlawan. Ia mencetak dua gol, di menit 77 dan menit 90+10. Seakan belum cukup menyakitkan, De Cuyper menambahkan satu gol di menit 90+2. Dalam hitungan 15 menit terakhir, Chelsea berubah dari tim unggul menjadi bahan tertawaan.

Padahal, di atas kertas Chelsea unggul segalanya. Dari segi skuad, harga pemain, hingga data statistik, mereka jauh lebih dominan. Tapi satu hal yang mereka lupa: sepak bola dimenangkan bukan oleh angka di papan analisis, melainkan oleh siapa yang paling siap memanfaatkan momentum. Brighton hanya kalah dalam satu hal: jumlah penyelamatan kiper. Ironis, karena itulah yang menentukan hasil akhir.

0 Komentar