Ia mendesak agar pemerintah pusat, provinsi, hingga kabupaten/kota bekerja lebih sistematis. Bukan sekadar membuat program seremonial, melainkan benar-benar menyentuh kebutuhan dasar petani: akses pupuk yang terjangkau, pasokan air yang stabil, harga jual hasil panen yang adil, serta infrastruktur pertanian yang memadai.
Sebagai bentuk kepedulian, PDI Perjuangan Jawa Barat memberikan bantuan nyata berupa pompa air kepada sejumlah kelompok tani. Bambang menyebut, bantuan ini diprioritaskan untuk daerah-daerah yang rawan kekeringan dan minim pasokan irigasi.
“Kami tahu suplai air belum optimal, maka pompa air ini setidaknya bisa membantu petani untuk menarik pasokan dari sungai atau irigasi terdekat,” kata Bambang.
Baca Juga:Diskusi Dengan Petani, Ono Surono dan Bambang Mujiarto ST Turun Ke Sawah Sapa Petani, Tampung Aspirasi PetaniBambang Mujiarto, DPRD Bukan Rival Eksekutif, Melainkan Mitra Kritis – Video
Selain pompa air, beberapa bantuan lain juga disalurkan, meski ia mengakui langkah itu belum mampu menutup seluruh kebutuhan. “Bantuan ini tentu tidak cukup, tapi setidaknya menjadi bukti bahwa kami hadir bersama mereka. Perjuangan petani tidak boleh dibiarkan sendiri,” tambahnya.
Hari-hari petani, lanjut Bambang, identik dengan kerja keras tanpa kepastian. Namun di balik lumpur, peluh, dan doa mereka, bangsa ini berdiri kokoh dalam urusan pangan. Karena itu, ia menegaskan bahwa para petani harus dihargai bukan hanya dengan slogan, tetapi juga dengan kebijakan nyata yang menjamin kesejahteraan.
“Petani adalah pahlawan pangan. Tanpa mereka, kita tak bisa bicara soal beras di meja makan, soal pangan yang terjangkau. Tapi penghargaan itu harus nyata, bukan sekadar ucapan,” pungkas Bambang.
Dengan pernyataan ini, Bambang menegaskan kembali komitmennya di DPRD Jawa Barat maupun di MSP untuk terus memperjuangkan kepentingan petani. Ia berharap pemerintah di semua tingkatan benar-benar mengubah pendekatan pembangunan pertanian: dari sekadar produksi pangan, menjadi kesejahteraan petani.
Kini, pertanyaan besarnya: apakah negara berani benar-benar berpihak kepada petani? Atau justru membiarkan mereka terus berjuang sendiri dengan pupuk mahal, air langka, dan harga panen yang tak pernah menutup biaya produksi?