Skandal 24,6 Miliar Oknum Pegawai Bank Pemerintah, Ternyata Kerja di Bank Pemerintah di Wilayah Sumber

Kejaksaan Negeri Kabupaten Cirebon
Kejaksaan Negeri Kabupaten Cirebon menunjukan barang bukti kasus skandal 24,6 Miliar di Cirebon
0 Komentar

Hal ini menunjukkan adanya kelemahan sistem pengawasan internal yang seharusnya menjadi pagar utama dalam menjaga keamanan dana masyarakat.

Fakta bahwa tersangka bekerja di salah satu bank pemerintah (plat merah) di wilayah Sumber, Kabupaten Cirebon, menambah bobot persoalan. Sebab, bank milik negara identik dengan stabilitas dan jaminan keamanan dana. Bila justru terjadi kebocoran di dalamnya, kepercayaan masyarakat bisa terguncang.

Kasus MY memperlihatkan bahwa celah fraud (kecurangan) bukan hanya soal individu yang menyalahgunakan jabatan, tetapi juga lemahnya kontrol dan audit yang seharusnya rutin dilakukan.

Baca Juga:Skandal Rp 24,6 Miliar: Manfaatkan Celah, Petugas Administrasi Bank Pemerintah di Cirebon Tilep Duit Miliaran4 Pendamping Tersangka Korupsi Pajak Apbdes Dari 80 Desa – Video

“Kalau ini dibiarkan, dampaknya bisa ke seluruh industri. Nasabah akan bertanya-tanya, apakah uang saya benar-benar aman? Kalau seorang staf bisa menggerogoti dana selama tujuh tahun tanpa ketahuan, bagaimana dengan kasus lain yang mungkin belum terbongkar?” imbuh Haris.

Kasus seperti ini, menurut pengamat ekonomi, bukan hanya risiko lokal atau personal, tetapi bisa berkembang menjadi risiko sistemik bila tidak segera ditangani. Risiko sistemik terjadi ketika kasus serupa mengguncang banyak bank sekaligus, yang ujungnya bisa merembet ke stabilitas keuangan nasional.

“Di dunia perbankan, trust adalah modal utama. Kalau trust hilang, masyarakat bisa melakukan penarikan dana besar-besaran (rush). Itu yang sangat berbahaya. Karena itu, bank wajib memperkuat sistem audit, memperketat pengawasan internal, dan segera menutup celah yang dimanfaatkan oleh oknum seperti MY,” tegasnya.

Dalam pengembangan kasus, aparat menemukan MY memiliki banyak aset bernilai tinggi. Mulai dari rumah, kendaraan mewah, hingga barang-barang branded. Kekayaan yang tidak sebanding dengan status pekerjaannya sebagai staf administrasi bank itu semakin memperkuat dugaan bahwa aksinya sudah berlangsung lama dan sistematis.

Sejumlah pihak meyakini, jumlah korban bisa sangat besar. Korbannya mungkin ratusan, mungkin juga ribuan orang. Karena modusnya menyasar rekening-rekening tidur yang jumlahnya sangat banyak,” imbuhnya.

Jika benar demikian, maka angka kerugian Rp24,6 miliar bisa jadi hanya permukaan dari gunung es. Nilai sesungguhnya bisa lebih besar, mengingat masih ada aset-aset lain yang tengah ditelusuri aparat.

0 Komentar