“UEFA selalu terbuka untuk inovasi, tetapi semua perubahan harus menjaga prinsip sportivitas dan keseimbangan kompetitif,” tulis pernyataan itu.
Namun di balik layar, para pejabat UEFA dikabarkan khawatir bahwa pengalihan hak siar ini bisa membuat lembaga mereka kehilangan sebagian besar pendapatan operasionalnya.
•Potensi Dampak bagi Klub Kecil dan Kompetisi Domestik
Sementara klub-klub besar menyambut positif potensi keuntungan finansial, tidak semua pihak setuju. Beberapa federasi nasional mengkhawatirkan bahwa sistem baru ini akan memperlebar jurang ekonomi antara klub besar dan kecil, serta mengancam kelangsungan kompetisi domestik.
Baca Juga:Rodrygo Diserbu Tawaran Gila dari Klub Top Eropa, Tapi Pilih Tetap di Real Madrid: “Saya Tak Butuh Uang”!Bikin Barcelona Trauma! Tiga Kali Berturut-turut Dibantai di Kandang Sendiri, PSG Jadi Monster Baru di Eropa
Misalnya, jika pendapatan dari hak siar Eropa meningkat tajam untuk tim besar seperti Manchester City atau Real Madrid, mereka bisa semakin mendominasi liga domestik karena punya kekuatan finansial jauh di atas rivalnya.
“Kalau klub besar makin kaya dan klub kecil makin tertinggal, maka kompetisi nasional bisa kehilangan daya saing. Fans akan bosan jika hasilnya selalu bisa ditebak,” kata analis sepak bola asal Italia, Paolo Condo.
•Era Baru Sepak Bola: Uang, Teknologi, dan Globalisasi
Kesepakatan bernilai triliunan rupiah ini mencerminkan bagaimana sepak bola modern kini sepenuhnya menjadi industri hiburan global. Pertandingan bukan lagi sekadar olahraga, tetapi produk digital bernilai tinggi yang dikonsumsi oleh miliaran orang di seluruh dunia.
Jika kesepakatan ini terealisasi, maka tahun 2026 bisa menjadi titik balik penting, awal dari era baru sepak bola Eropa, di mana teknologi, uang, dan hak siar menjadi fondasi utama kesuksesan klub.