Lini Tengah Timnas Indonesia Jadi Sorotan: Lemahnya Kontrol dan Transisi Jadi Penyebab Kekalahan dari Arab

Timnas Indonesia
Meski sempat unggul dua gol di babak pertama melalui aksi Rafael Struick dan Marselino Ferdinan, Indonesia tak mampu mempertahankan keunggulan. Foto: Ig Timnasindonesia/tangkap layar - radarcirebon.tv
0 Komentar

Selain itu, pressing Indonesia di babak kedua menjadi tidak terorganisasi. Striker dan sayap sering kali menekan tanpa koordinasi dengan gelandang, membuat ruang di lini tengah terbuka lebar. Hal ini dimanfaatkan sempurna oleh Arab Saudi yang memiliki visi permainan lebih matang.

•Performa Individu yang Menurun

Beberapa pemain yang sebelumnya tampil apik kini justru tampil di bawah performa. Ivar Jenner, misalnya, yang dikenal punya kemampuan distribusi bola baik, terlihat kehilangan arah saat lawan menaikkan intensitas. Begitu pula Marc Klok yang sering terlambat melakukan pressing dan gagal mengantisipasi second ball.

Marselino Ferdinan, meski mencetak gol, juga dinilai terlalu cepat kehilangan stamina. Setelah menit ke-60, pemain muda itu tampak jarang terlibat dalam skema serangan dan lebih banyak bertahan di area sendiri.

Baca Juga:Gigih Berjuang Hingga Menit Akhir, Indonesia Tumbang 2-3 dari Arab Saudi di Kualifikasi Piala Dunia 2026Mengejutkan! Patrick Kluivert Justru Puji Wasit Usai Laga Panas Timnas Indonesia vs Arab Saudi

Patrick Kluivert menyadari hal itu. “Kami masih muda, dan sebagian besar pemain belum terbiasa bermain dengan tempo tinggi selama 90 menit penuh. Kami perlu meningkatkan kebugaran dan pengambilan keputusan di bawah tekanan,” kata pelatih asal Belanda itu.

•Alternatif dan Solusi ke Depan

Menjelang laga berikutnya melawan Tiongkok, Kluivert diprediksi akan melakukan rotasi besar di lini tengah. Nama Rizky Ridho mungkin akan dicoba sebagai gelandang bertahan, sementara Sandy Walsh berpeluang dimainkan lebih ke tengah untuk menambah kekuatan dalam duel udara.

Kluivert juga berencana menambah pemain baru hasil pemantauan dari liga luar negeri. “Kami sedang melihat opsi pemain diaspora yang bisa memperkuat lini tengah. Kompetisi semakin ketat, jadi kami perlu menambah kualitas dan kedalaman skuad,” ujarnya.

Selain persoalan teknis, psikologis pemain juga menjadi perhatian. Kekalahan setelah sempat unggul dua gol bisa berdampak pada kepercayaan diri tim. Namun, pelatih berusia 49 tahun itu memastikan timnya tidak akan kehilangan semangat. “Kami harus belajar dari kekalahan ini. Kalau ingin menjadi tim besar, kami harus kuat mental, bukan hanya kuat fisik.”

•Kritik dari Penggemar dan Harapan ke Depan

Di media sosial, para penggemar sepak bola Tanah Air banyak menyoroti lemahnya koordinasi antar-gelandang. Tagar #PerbaikiLiniTengahGaruda bahkan sempat menjadi trending di X (Twitter) pasca pertandingan. Banyak yang menyayangkan keputusan Kluivert tidak menurunkan gelandang bertahan murni seperti Rachmat Irianto sejak awal laga.

0 Komentar