RADARCIREBON.TV – Menjelang bergulirnya Piala Dunia 2026 di Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada, sentimen publik internasional terhadap perhelatan yang mayoritas akan digelar di AS justru menunjukkan penurunan.
Sejumlah pihak, termasuk media dan pengamat sepak bola global, menilai bahwa dengan segala permasalahan yang mengiringi, mulai dari isu deportasi massal, harga tiket yang dinilai selangit, cuaca ekstrem, hingga format turnamen yang terlalu gemuk, Piala Dunia 2026 di AS jauh dari gambaran ideal pesta sepak bola dunia.
Bahkan, kedekatan politik antara Presiden FIFA, Gianni Infantino, dengan tokoh politik Amerika seperti Donald Trump, turut memicu sinisme yang meluas di kalangan penggemar. Kondisi ini memunculkan pertanyaan besar: apakah Amerika Serikat benar-benar menjadi tuan rumah yang paling tepat?
Baca Juga:Kebanggaan Sang Wonderkid Persib: Nazriel Alfaro Siap Buktikan Diri di Panggung Piala Dunia U-17Jelang Lawan Arab Saudi di Kualifikasi Piala Dunia, Bek Timnas Indonesia Calvin Verdonk Latihan Terpisah
Misi Mengembalikan “Jiwa” Piala Dunia
Mengutip pandangan dari berbagai pihak, munculah daftar 12 negara yang dinilai lebih pantas dan lebih menarik untuk menggelar turnamen akbar tersebut ketimbang Amerika Serikat.
Daftar ini disusun berdasarkan kriteria gairah sepak bola sejati, infrastruktur yang memadai, hingga potensi untuk menghadirkan kembali semangat perayaan budaya dan persaudaraan global, alih-alih sekadar proyek komersial raksasa.
Daftar ini tidak menyertakan negara yang pernah menjadi tuan rumah sejak 1990, termasuk Meksiko dan Kanada (co-host 2026), serta Spanyol, Portugal, dan Maroko (tuan rumah utama 2030).
Inilah Kandidat Tuan Rumah Ideal Versi Pengamat Global
Inggris Raya: Dinilai sebagai salah satu dari sedikit negara yang mampu menampung format 48 atau bahkan 64 tim, berkat infrastruktur stadion yang melimpah (misalnya di Leeds, Brighton, Nottingham, dan Edinburgh) dan iklim musim panas yang ideal.
- Argentina: Negara ini memiliki fanatisme sepak bola tak tertandingi dan warisan budaya yang kaya (Asado dan Tango). Jika format kembali ke 32 tim dan berkolaborasi dengan Uruguay (untuk laga pembuka di Stadion Centenario), Piala Dunia akan terasa seperti nostalgia klasik. Namun, situasi ekonomi mereka menjadi catatan.
- Belgia dan Belanda: Keduanya dapat menghadirkan Piala Dunia paling ramah lingkungan di kawasan Benelux. Ide bersepeda ke stadion sambil menikmati budaya bir, cokelat, dan kerang akan menjadi penyegar dari tren stadion tanpa identitas.
- Australia dan Selandia Baru: Setelah sukses besar dengan Piala Dunia Wanita 2023, keduanya dianggap logis menjadi tuan rumah versi pria. Kota-kota besar seperti Melbourne, Sydney, dan Auckland memiliki fasilitas memadai. Digelar pada Juni–Juli, suhu dingin musim dingin mereka akan menciptakan atmosfer fase gugur Liga Champions.
- Turki: Berbeda dengan co-host Euro 2032-nya, Italia, Turki memiliki banyak stadion modern di berbagai kota. Dengan dukungan suporter fanatik dan pesona Istanbul, turnamen di sana akan menjadi perayaan budaya dan olahraga.
- Indonesia: Dijuluki sebagai “raksasa tidur” Asia, antusiasme masyarakat Indonesia terhadap sepak bola, terutama Liga Inggris, dinilai tak tertandingi. Jika dikombinasikan dengan negara tetangga seperti Thailand, Vietnam, dan Filipina, Asia Tenggara bisa menjadi tuan rumah yang benar-benar membuka babak baru dalam sejarah turnamen dunia.
- Kolombia: Dengan pendukung yang bersemangat dan colorful, kota-kota seperti Bogota dan Medellín bisa menjadi pusat pesta yang meriah. Kerjasama dengan Peru, yang memiliki seragam timnas ikonik, akan menambah daya tarik kawasan ini.
- Polandia: Negara Eropa Tengah ini memiliki standar hidup yang meningkat dan sejumlah stadion modern dari peninggalan Euro 2012. Jika Qatar mampu, Polandia pun dinilai mampu menjadi tuan rumah tunggal.
- Mesir: Sebagai alternatif Maroko, Mesir menawarkan fanatisme tinggi, ikon global seperti Mohamed Salah, dan status sebagai destinasi wisata dunia.
- Kawasan Balkan: Negara-negara seperti Kroasia, Serbia, Rumania, dan Bulgaria memiliki tradisi sepak bola yang kuat. Menjadi tuan rumah Piala Dunia akan menjadi penolakan terhadap komersialisasi berlebihan dan upaya mengembalikan semangat murni olahraga.