- Wajib menyertakan disclaimer bahwa hasil edit bukan realita.
- Tidak digunakan untuk penipuan (misalnya klaim tubuh asli).
- Tidak menjual edit sebagai produk (yang mengimplikasikan lisensi tubuh selebriti).
- Menghormati hak citra selebriti, tidak menampilkan konten sensual/lewd yang merugikan reputasi.
Beberapa komunitas kreatif digital di Indonesia sudah mulai merancang “etika editing fandom” internal pengingat mengenai batas kreatif dan batas privasi. Juga, beberapa workshop dan tutorial editing mulai memberi modul etika, tidak hanya teknik.
Kesimpulan
Fenomena edisi wajah kita di tubuh idol adalah cerminan kompleks hubungan antara identitas digital, fandom, dan teknologi. Ia membuka ruang baru ekspresi kreatif, tapi juga tantangan besar, bagaimana menjaga martabat diri, menghormati citra selebriti, dan menghindari luka psikologis dari perbedaan realita.
Dalam tahun-tahun mendatang, tren ini kemungkinan akan berkembang lebih halus, dengan AI yang semakin canggih, atau mungkin bergeser ke bentuk augmentasi realitas (AR) di metaverse. Yang jelas, kedewasaan kreatif dan kesadaran etis akan menentukan apakah tren ini akan menjadi karya seni digital yang sehat atau justru konflik identitas yang merugikan.