Purbaya vs. Gibran: Ketika Kebijakan Mengalahkan Popularitas Semata

Purbaya Yudhi Sadewa
Purbaya saat bertemu Wartawan Foto : Tangkapan layar Instagram Pribadi Purbaya Yudhi Sadewa
0 Komentar

RADARCIREBON.TV – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, yang baru menjabat menggantikan Sri Mulyani Indrawati sejak 8 September 2025, telah menjelma menjadi fenomena baru di panggung politik Indonesia. Popularitasnya meroket bak meteor, berbanding terbalik dengan tren yang dialami Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, yang popularitasnya justru menunjukkan penurunan.

Fenomena ini memicu perdebatan sengit di kalangan warganet dan pengamat politik. Pegiat media sosial, Jhon Sitorus, melalui akun X pribadinya pada Minggu, 19 Oktober 2025, menulis, “Purbaya Meroket, Popularitas Gibran Melorot.” Cuitan ini langsung menjadi viral dan memicu berbagai komentar dari netizen.

Menurut Sitorus, kesadaran publik kini semakin meningkat bahwa popularitas semata tidak cukup untuk berkiprah di dunia politik yang penuh intrik dan tantangan. “Tapi juga harus berkualitas dan KEPALA yang berisi, bukan KOSONG,” tegasnya. Pernyataan ini seolah menyindir para politisi yang hanya mengandalkan popularitas tanpa memiliki kapasitas yang mumpuni.

Baca Juga:Prabowo Ganti Sri Mulyani dengan Purbaya Yudhi Sadewa sebagai KemenkeuBakal Panas! Purbaya Tolak APBN Bayar Utang Whoosh: “Jangan Kalau Enak Swasta, Kalau Enggak Enak Government!”

Purbaya, sejak dilantik oleh Presiden Prabowo Subianto pada 8 September 2025, memang langsung tancap gas dengan serangkaian keputusan besar yang berani dan kontroversial. Dalam waktu singkat, ia telah meluncurkan berbagai kebijakan strategis yang bertujuan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional, yang selama ini cenderung stagnan di angka 5 persen per tahun.

Dengan keyakinan tinggi dan visi yang jelas, Purbaya menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 6 hingga 8 persen dalam waktu dekat. Target ini sejalan dengan visi Presiden Prabowo untuk menjadikan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi baru di Asia yang disegani di kancah internasional.

Beberapa kebijakan kontroversial yang diambil Purbaya antara lain adalah penyaluran dana pemerintah sebesar Rp200 triliun yang selama ini mengendap di Bank Indonesia (BI) ke lima bank milik negara (Himbara), serta keputusan untuk tidak menaikkan cukai rokok pada tahun 2026. Langkah-langkah ini menuai pro dan kontra, namun menunjukkan keberanian Purbaya dalam mengambil risiko demi mencapai target pertumbuhan ekonomi yang ambisius.

Keputusan-keputusan ini menunjukkan bahwa Purbaya tidak hanya mengandalkan popularitas, tetapi juga memiliki visi yang jelas dan keberanian untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan demi mencapai tujuan yang lebih besar. Hal ini mungkin menjadi salah satu faktor yang membuat popularitasnya meroket di mata publik.

0 Komentar