Filosofi permainan “cholismo” yang tekanan kerja keras, intensitas tinggi, dan disiplin taktik sangat cocok dengan karakter Alvarez. Ia tidak hanya menjadi pencetak gol, tetapi juga berperan penting dalam fase bertahan, memulai tekanan sejak lini depan, serta menciptakan ruang bagi rekan setim seperti Antoine Griezmann dan Rodrigo De Paul. Energi, kecepatan, dan etos kerja tinggi Alvarez menjadikan simbol sempurna dari gaya bermain khas Simeone.
Penyesalan yang Wajar
Banyak pengamat menilai bahwa kepergian Alvarez bisa menjadi salah satu kesalahan transfer terbesar Manchester City dalam beberapa tahun terakhir. Di usia muda, ia menunjukkan potensi luar biasa dan kini menjelma sebagai salah satu penyerang paling produktif di Eropa. Sementara itu, City masih sangat bergantung pada Haaland dalam urusan mencetak gol.
Namun bagi Guardiola, keputusan Alvarez untuk pergi tetaplah wajar. “Dia ingin bermain, dan saya tak bisa menjamin menit bermain yang diinginkannya di sini. Saya bangga melihat bagaimana ia tumbuh di klub lain. Mungkin, suatu hari nanti jalan kami akan bertemu lagi,” kata Guardiola menutup pernyataannya.
Baca Juga:Tyronne del Pino Samai Gustavo Almeida di Daftar Top Skor Liga 1, Persib Makin Dekat ke Gelar JuaraPersebaya Siap Bangkit Usai Ditaklukkan Persija, Eduardo Perez: Kami Sudah Belajar dari Kesalahan!
Kini, Julian Alvarez bukan hanya menemukan kembali performa terbaiknya, tetapi juga membuktikan bahwa keputusannya meninggalkan bayang-bayang Haaland adalah langkah tepat untuk menyelamatkan dan mengembangkan kariernya. Ia telah menjadi bintang baru di Spanyol, dan dunia sepak bola pun kembali menyadari betapa berbahayanya pemain satu ini.
