Gaun, Gemerlap, dan Gengsi Digital, Fenomena Foto AI yang Mengubah Standar Kecantikan Online

Gemini AI
Berbekal generator gambar seperti Google Gemini AI, Leonardo AI, Bing Image Creator, hingga Midjourney, siapa pun kini bisa “berpakaian bak ratu” hanya dari foto biasa. Foto: Tangkap layar - radarcirebon.tv
0 Komentar

Pengguna bisa mengatur pose, warna gaun, bentuk rambut, bahkan gaya arsitektur gedung sesuai selera. Ini menjadikan hasil edit sangat personal dan unik.

3. Simbol status digital

Di media sosial, foto dengan latar glamor sering dikaitkan dengan gaya hidup mapan. Maka, editan seperti ini sering digunakan untuk memperkuat citra diri, terutama bagi influencer, kreator konten, atau calon model.

4. Nilai estetika dan seni visual

Banyak hasil edit yang justru tampak seperti karya seni. AI bukan hanya sekadar alat manipulasi gambar, tapi juga media untuk menciptakan keindahan visual baru.

Baca Juga:Bisa Nongkrong Sampai Subuh: Gemini AI Buktikan Anak Strict Parents Juga Punya Kebebasan DigitalTiduran Tenang di Atas Laut Tanpa Tenggelam, Padahal Hanya Hasil Keajaiban Gemini AI

Seorang kreator AI visual di Jakarta, Rani Lestari, menyebut tren ini sebagai “revolusi mode digital”.

“Dulu orang perlu fotografer, stylist, dan tim lighting untuk menghasilkan foto bergaun di ballroom. Sekarang cukup satu prompt, hasilnya seolah diambil oleh majalah Vogue,” ujarnya.

•Antara Apresiasi dan Kekhawatiran

Namun, di balik kecantikan yang memesona, muncul sejumlah perdebatan, mulai dari isu etika, keaslian citra, hingga dampak psikologis.

1. Realitas yang kabur

Beberapa foto edit AI sangat realistis hingga sulit dibedakan dengan foto asli. Hal ini menimbulkan kekhawatiran soal kejujuran visual di media sosial.

Psikolog sosial, dr. Nadia Yuliani, mengingatkan.

“Fenomena ini bisa menciptakan tekanan sosial baru. Orang mungkin merasa hidupnya kurang glamor atau tidak secantik yang ditampilkan online, padahal semuanya hasil edit.”

2. Standar kecantikan baru yang tak realistis

Teknologi AI sering kali menghasilkan visual yang terlalu sempurna, kulit tanpa pori, lekukan tubuh ideal, pencahayaan tanpa cela. Akibatnya, banyak yang mulai membandingkan diri mereka dengan versi “AI-self” yang mustahil dicapai di dunia nyata.

3. Isu privasi dan hak cipta

Tidak semua platform AI menjamin keamanan data wajah pengguna. Foto yang diunggah bisa disimpan atau dipakai ulang untuk pelatihan model AI. Selain itu, beberapa desainer fashion mengeluhkan bahwa gaun hasil AI kadang meniru rancangan nyata tanpa izin.

4. Komersialisasi kecantikan digital

Baca Juga:Dinner Romantis Tanpa Harus Bertemu? Gemini Bikin Pasangan Sibuk Tetap Bisa Makan Malam ‘Bareng’ dalam FotoPotret Berdiri di Tengah Ribuan Mawar Jadi Simbol Cinta, Kesedihan, dan Seni Digital Masa Kini

Beberapa pihak mulai menawarkan jasa “AI Fashion Portrait” dengan tarif tinggi, bahkan tanpa transparansi soal penggunaan model atau template. Fenomena ini menunjukkan bahwa kecantikan digital kini menjadi komoditas ekonomi baru.

0 Komentar