Bila dikumpulkan, semua aliran dana itu membentuk pola yang tak bisa disangkal: suatu sistem pungutan di bawah kendali sang bupati.
Operasi Senyap dan Uang Tunai Rp500 Juta
Dalam operasi tangkap tangan, tim KPK berhasil mengamankan uang tunai Rp500 juta. Bukan jumlah kecil, dan bukan pula transaksi pertama. Berdasarkan keterangan resmi, uang itu bagian dari permintaan Sugiri sebesar Rp1,5 miliar yang disampaikan pada 3 November.
Ketika uang tak segera datang, sang bupati menagih. Tekanan demi tekanan membuat Yunus panik. Ia kemudian meminta bantuan IBP, kenalan dekatnya, untuk mencairkan dana di Bank Jatim dengan bantuan seorang pegawai bernama ED. Uang itu dikemas rapi, diserahkan kepada NNK, kerabat Sugiri.
Baca Juga:Gubernur Riau Abdul Wahid Dipanggil KPK Terjaring OTTKPK Menangkap Bupati Ponorogo Sygiri Sancoko Kasus Mutasi dan Promosi Jabatan
“Uang tunai sejumlah Rp500 juta diamankan oleh tim KPK sebagai barang bukti dalam kegiatan tangkap ini,” ujar Asep Guntur dalam konferensi pers.
Meski empat nama sudah ditetapkan sebagai tersangka, penyidik KPK belum menutup buku. Aroma korupsi di Ponorogo diyakini lebih luas. Beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kini ikut diperiksa.
“Seiring penyidikan, kami menemukan indikasi keterlibatan dari dinas lain, namun masih terus didalami,” kata Asep.
Isyarat itu menegaskan bahwa kasus ini bukan sekadar suap proyek rumah sakit. Ini adalah simfoni gelap kekuasaan daerah, di mana uang menjadi bahasa paling fasih, dan loyalitas dibangun bukan atas dedikasi, melainkan atas nominal.
Nama Sugiri Sancoko dulu identik dengan kesederhanaan. Ia disebut pemimpin merakyat, dekat dengan wong cilik. Tapi kini, citra itu porak-poranda. KPK telah menegaskan statusnya sebagai tersangka dan membuka jalur hukum yang tak lagi bisa dibantah.
Kasus Ponorogo bukan sekadar tentang seorang bupati yang tergoda suap. Ini tentang bagaimana kekuasaan tanpa pengawasan bisa berubah menjadi panggung kejahatan yang sempurna penuh intrik, tipu daya, dan keserakahan yang disamarkan di balik senyum pejabat.
Kisah ini mungkin baru permulaan. Karena di balik meja-meja rapat dan tanda tangan proyek, selalu ada cerita yang menunggu terbongkar dan KPK tampaknya baru saja membuka lembar pertamanya.
