RADARCIREBON.TV- Sir Alex Ferguson, legenda hidup Manchester United dan salah satu manajer tersukses dalam sejarah sepak bola Inggris, baru‐baru ini berbicara secara jujur tentang penyesalan-penyesalan terbesar dalam kariernya.
Meskipun dikenal karena gelar liga, piala domestik dan Eropa yang melimpah, Ferguson mengakui bahwa ada momen ketika konsekuensi dari sebuah keputusan serta kegagalan mencapai kemenangan tertentu tetap membayangi. Salah satunya, kegagalan besar yang tak hanya soal trofi, tetapi juga soal tuntutan ambisi dan konteks politik di baliknya.
Latar Belakang & Konteks
Ferguson memimpin Manchester United selama lebih dari dua dekade, mengangkat klub dari persaingan menjadi kekuatan dominan di Inggris dan Eropa. Selama masa kepelatihannya, United meraih banyak gelar bergengsi, termasuk Liga Premier, Piala FA, dan Liga Champions. Namun meskipun prestasi begitu luar biasa, Ferguson tidak bisa menghapus sepenuhnya rasa penyesalan atas beberapa keputusan yang diambil selama perjalanan klub. Salah satu yang paling mencolok adalah keputusan United menarik diri dari kompetisi FA Cup musim 1999-2000, sebuah langkah yang ia katakan “turned out to be a disaster for us”.
Baca Juga:Manchester United Hidupkan Kembali Mimpi Lama Sir Alex Ferguson di Bursa Transfer Musim Depan, Apa itu?Kerugian Mega di Old Trafford: Bagaimana Kesalahan Transfer Pasca-Ferguson Menghambat Kebangkitan Man United
Walaupun keputusan itu tidak secara langsung terkait dengan turnamen dunia (World Cup) seperti tema awal, relasi konteks politik internasional, yakni membantu bid ketuan rumah Inggris untuk Piala Dunia 2006, membuatnya memiliki makna yang lebih besar daripada sekadar “menarik diri dari turnamen domestik”. Ferguson sendiri menyebut bahwa mereka menarik diri karena “to help England’s World Cup bid”.
Penyesalan yang Jelas
Dalam wawancara dan refleksi kemudian, Ferguson mengungkapkan beberapa hal.
“It turned out to be a disaster for us. I regretted it because we got nothing but stick and terrible criticism for not being in the FA Cup when really, it wasn’t our fault.” (Ternyata itu bencana bagi kami. Saya menyesalinya karena kami hanya mendapat kecaman dan kritikan pedas karena tidak lolos ke Piala FA, padahal sebenarnya itu bukan salah kami.)
