RADARCIREBON.TV – Lapangan di kawasan Aspire Zone, Doha, berjibun dengan gemuruh sorak usia muda dari berbagai benua. Ajang julung-julung untuk usia di bawah 17 tahun itu kali ini tampil dengan format yang jauh lebih ambisius 48 tim nasional ikut berlaga, dua kali lipat dari edisi sebelumnya.
Setiap hari di kompleks stadion dan lapangan latihan, terlihat para pemain remaja mengenakan seragam nasional dengan semangat membara; penggemar yang datang bukan hanya dari negara peserta, tapi juga generasi muda lokal Qatar yang menyambut gelaran ini sebagai festival sepak bola global. Renovasi infrastruktur setelah acara senior beberapa tahun lalu memberi kesempatan bagi panitia untuk menghadirkan suasana “klub sepak bola mini” di mana menonton beberapa laga jadi mudah dan menciptakan atmosfer turnamen yang lebih padat.
Yang menarik dengan jumlah peserta yang melonjak dan format yang lebih “merata”, turnamen ini menjadi ajang cerminan perubahan dalam strategi global dalam mengembangkan bakat muda tak hanya dari negara besar, tapi juga dari federasi yang selama ini kurang tersorot. Karena skala dan jangkauannya makin luas, setiap gol, setiap penyelamatan, setiap selebrasi menjadi sorotan yang punya arti lebih besar dibanding hanya kompetisi usia biasa.
Baca Juga:Skuad Muda Garuda Siapkan Lompatan Besar, Timnas U-22 Jalani Latihan Intensif Jelang SEA Games 2025Melampaui Status Tuan Rumah: Garuda Muda Ukir Kemenangan Bersejarah di Panggung Dunia
Namun di balik euforia, tantangan juga nyata. Infrastruktur memang siap, tapi integrasi antar budaya, logistik tim yang datang dari daerah terpencil, serta ekspektasi publik yang kini makin tinggi semuanya harus dihadapi dengan matang. Saat turnamen ini berlangsung hingga babak gugur, bila sebuah tim “underdog” mampu mengejutkan maka bukan hanya satu pertandingan yang dimenangkan melainkan reputasi dan harapan negara mereka di dunia sepak bola junior yang terkerek.
Bagi para penggemar sepak bola internasional, turnamen ini menawarkan dua hal sekaligus sebuah pertunjukan talenta muda dengan potensi masa depan, dan sebuah preview bagaimana lanskap sepak bola global khususnya tingkat nasional dan usia muda mulai berubah menjadi lebih inklusif dan beragam. Zenith biasanya datang di usia senior, tapi kali ini sorotan datang dari mereka yang baru memulai karier. Dan ketika turnamen ini usai, bukan hanya pemenangnya yang akan dikenang, melainkan juga bagaimana momen ini bisa membuka babak baru untuk sepak bola junior dunia.
