RADARCIREBON.TV – Pelatih anyar Tim Nasional Inggris, Thomas Tuchel, menegaskan bahwa musim berikutnya bukan hanya soal gelar meski ajang besar seperti Piala Dunia FIFA 2026 sudah di depan mata. Dia menyatakan kesiapan untuk tetap memimpin skuad “Tiga Singa” lebih dari sekadar fase turnamen, dan menolak kaitkan keberlanjutan kontraknya dengan satu prestasi besar semata.
Tuchel, yang sebelumnya dikenal melalui pengalaman di klub-klub besar Eropa, mengungkapkan bahwa menang atau kalah di Piala Dunia tidak akan otomatis menentukan masa depannya di tim nasional Inggris. Dia sangat yakin bahwa proyek jangka panjang dengan tim ini yang tengah membangun fondasi menuju turnamen besar telah dimulai dan masih butuh periode stabilisasi serta pengembangan pemain muda.
Dalam pemanggilan skuad terbaru untuk laga kualifikasi melawan Serbia dan Albania, nama-nama bintang seperti Jude Bellingham, Phil Foden dan Bukayo Saka muncul sebagai poros, dan menunjukkan bahwa Inggris memilih keseimbangan antara pengalaman dan potensi muda.
Baca Juga:Skuad Muda Garuda Siapkan Lompatan Besar, Timnas U-22 Jalani Latihan Intensif Jelang SEA Games 2025Melampaui Status Tuan Rumah: Garuda Muda Ukir Kemenangan Bersejarah di Panggung Dunia
Tuchel sendiri menyebut bahwa lingkungan klub dan lingkungan nasional sangat berbeda dan dia menikmati tantangan ini karena ruang kreatif yang lebih luas untuk membentuk budaya tim, bukan hanya mengejar hasil instan. Dia menyatakan bahwa “keberhasilan” dalam konteks ini tidak hanya berarti gelar, tetapi juga identitas, kontinuitas dan adaptasi terhadap tuntutan sepak bola modern.
Bagi penggemar sepak bola internasional, pernyataan Tuchel memperlihatkan evolusi mindset manajerial bukan sekadar “kalau saya gagal membawa trofi saya keluar” tetapi “apa warisan saya buat tim ini setelah saya pergi”. Ini jelas memberi sinyal bahwa Inggris berada dalam fase pembangunan yang serius, dan manajer tersebut siap berada di tengahnya.
Langkah selanjutnya bagaimana Inggris merespons ekspektasi fans, bagaimana pemain-mudanya bangkit saat tekanan besar, dan bagaimana organisasi menetapkan tolok ukur sukses yang lebih luas dari sekadar piala. Bagi kita yang mengikuti bola internasional, momen ini perlu dicermati sebagai “transisi strategis” bukan sekadar pertandingan.
