Lebih jauh, Riekerink memberikan refleksi mendalam mengenai akar masalah yang jauh lebih besar. Ia menengok ke belakang pada persiapan pramusim yang dinilai tidak ideal. Setelah musim sebelumnya Dewa United secara mengejutkan berhasil finis di posisi runner-up, pelatih veteran ini merasa ada kelalaian kolektif dalam memahami konsekuensi dari kesuksesan tersebut.
“Saya sudah di klub ini selama tiga tahun lebih, kami pernah di posisi 16, lalu 5, lalu 2,” kenangnya. “Ketika saya melihat perjalanan itu kembali, saya merasa pada musim panas ini kami kurang memahami bahwa, ketika Anda finis di posisi kedua, Anda harus bekerja sepuluh kali lebih keras dibanding ketika kamu berangkat dari posisi 16.” Pernyataan ini menyiratkan bahwa skuad Dewa United gagal membawa mentalitas kerja keras yang cukup intensif setelah mencapai puncak prestasi.
Kini, setelah kekalahan dari Persib, Dewa United tertahan di peringkat ke-14 klasemen sementara dengan hanya mengumpulkan 10 poin dari 12 pertandingan. Posisi ini jelas jauh dari ekspektasi sebuah tim runner-up musim sebelumnya. Periode sulit ini menuntut Dewa United segera bangkit dan membenahi mentalitas serta persiapan, agar julukan ‘Tangsel Warriors’ tidak berubah menjadi tim yang mudah menyerah di tengah kerasnya persaingan kompetisi.
