Namun, pengembangan AI berdaulat bukanlah tanpa tantangan. Perlu adanya investasi sebesar USD 3,2 miliar hingga tahun 2030 untuk memenuhi kebutuhan komputasi nasional. Saat ini, AI data center di Indonesia baru mencakup kurang dari 1% dari pasar global.
“Ini menandakan perlunya percepatan pembangunan pusat data bertenaga energi terbarukan dan jaringan 5G yang lebih luas,” tutur Nezar Patria.
Selain itu, Empowering Indonesia Report 2025 menyoroti kebutuhan pengembangan 400 ribu talenta AI pada 2030, dengan investasi sebesar USD 968 juta untuk pendidikan, pelatihan, dan reskilling tenaga kerja.
Baca Juga:Optimisme Ekonomi 2026: Pemerintah Klaim Risiko Sudah "Price-In", Saatnya Menuai Hasil?Ramalan Zodiak Leo: Keajaiban Menanti di Akhir Tahun 2025
Meskipun demikian, Indonesia telah menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam pengembangan AI. Saat ini, Indonesia memiliki 364 startup AI dengan total pendanaan mencapai USD 1,08 miliar, serta inisiatif riset nasional seperti Sahabat-AI V2, Large Language Model (LLM) berparameter 70 miliar yang mendukung bahasa Indonesia dan bahasa daerah seperti Jawa, Sunda, Bali, dan Batak.
“Inovasi lokal ini menjadi bukti bahwa Indonesia mulai beralih dari pengguna menjadi pembentuk teknologi AI global,” imbuh Nezar Patria.
Dengan kolaborasi antara pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat, Indonesia dapat membangun ekosistem AI yang kuat dan berdaulat, serta mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
Founder and CEO Twimbit Manoj Menon menuturkan, perkembangan teknologi di Indonesia yang signifikan memiliki potensi besar agar penggunaan Artificial Intellegence memiliki posisi strategis. Terpenting baginya meletakkan ekosistem pondasi digital dasar yang kuat dalam menciptakan ekosistem inklusif.
“Indonesia memiliki posisi strategis untuk memimpin di era AI berdaulat. Dengan membangun fondasi digital yang kuat dan menciptakan ekosistem yang inklusif, Indonesia dapat menjadi pusat pertumbuhan AI di Asia, mempercepat pencapaian visi Indonesia Emas 2045,” pungkasnya.
