Tetap saja, bagi para pecinta sensasi ekstrem, pedas adalah identitas gaya hidup.
Tren Manis: Kenyamanan Rasa dan Sentuhan Mood-Booster
Di sisi lain, rasa manis memiliki penggemar setia yang jumlahnya tidak kalah besar. Tren dessert dan minuman manis bahkan berkembang menjadi industri tersendiri yang sangat kuat. Popularitas minuman kekinian seperti boba tea, matcha latte, es kopi gula aren, taro latte, hingga croissant viral dan dessert box telah membawa rasa manis menjadi salah satu tren kuliner terbesar selama lima tahun terakhir.
Rasa manis dianggap sebagai comfort food yang mampu memperbaiki mood. Bahkan menurut banyak survei kuliner, dessert selalu menjadi hidangan yang tidak pernah gagal menarik perhatian, baik di restoran mewah maupun UMKM rumahan.
Baca Juga:Apakah Ibu Hamil Boleh Makan Pedas? Ketahui PenjelasannyaAwas! Bahaya di Balik Kebiasaan Minum Es Teh Manis Setiap Makan, Bisa Mati Muda!
Tak hanya itu, kehadiran media sosial berperan besar dalam mempopulerkan rasa manis. Visual dessert yang menarik, warna-warna pastel, serta bentuk makanan yang estetik membuat konten makanan manis lebih mudah viral daripada makanan pedas. Platform seperti Instagram dan TikTok dipenuhi review dessert baru yang membuat orang penasaran untuk mencicipinya.
Uniknya, rasa manis juga berkembang mengikuti tren kesehatan. Kini semakin banyak variasi dessert rendah gula, minuman less sugar, hingga penggunaan pemanis alami seperti stevia dan madu, sehingga para penggemar rasa manis bisa tetap menikmati tanpa merasa bersalah.
Bagi pecinta ketenangan, kelembutan rasa manis dianggap memberikan pengalaman lebih emosional—lebih “bahagia”, lebih “hangat”, dan lebih “menenangkan”. Tidak heran rasa manis menjadi favorit bagi banyak remaja dan dewasa muda.
Pedas vs Manis: Mana yang Lebih Populer pada 2025?
Jika melihat tren yang berkembang hingga 2025, kedua rasa ini sebenarnya berada pada tingkat popularitas yang hampir seimbang, tetapi masing-masing mendominasi segmen yang berbeda.
1. Pedas lebih dominan di kalangan usia 15-30 tahun
Penggemar tantangan, pecinta konten viral, dan penikmat makanan tebal bumbu cenderung memilih pedas. Ini juga terkait dengan budaya nongkrong di warkop dan street food yang identik dengan menu pedas.
