RADARCIREBON.TV – Kemenangan 3-1 atas Myanmar di laga pamungkas Grup C tak mampu mencegah Indonesia tersingkir dari sepakbola putra SEA Games 2025. Semua berawal dari keputusan memasukkan Jens Raven di babak kedua yang dinilai terlalu telat, membuat harapan lolos ke semifinal hancur meskipun striker Bali United itu membuktikan kehebatannya.
Bertanding di 700th Anniversary Stadium, Chiang Mai, Jumat (12/12), Raven baru turun ke lapangan di menit ke-69 menggantikan Toni Firmansyah yang telah mencetak gol Indonesia di babak pertama. Saat itu skor terjepit 1-1. Ia bergabung dengan Hokky Caraka (yang menggantikan Rafael Struick) dan Mauro Ziljstra di lini depan, dengan peran sebagai target man yang menerima umpan-umpan panjang dari Garuda Muda.
Posisi Raven terpasang dengan baik, dan hasilnya tak perlu lama menunggu. Di menit ke-89, ia menuntaskan umpan sundulan Muhammad Ferarri yang berasal dari umpan panjang Zanadin Fariz. Lalu di menit 90+5, ia kembali mencetak gol via tandukan memanfaatkan sepak pojok. Namun waktu tambahan yang hanya enam menit tak cukup — Garuda Muda butuh selisih tiga gol untuk lolos, dan 3-1 jelas kurang.
Baca Juga:Benzema Tembus Hati: Kubangan Real Madrid Bukan Karena Alonso – Tapi Persaingan Antar Pemain Yang Tak DiterimaHarga Tiket Piala Dunia 2026 Melambung: Dinamis Atau Pengkhianatan?
Begitu peluit panjang dibunyikan, Raven tak kuasa menahan tangis. Bahkan kiper Myanmar Hein Htet Soe — yang sendiri tampil gemilang menggagalkan banyak peluang lawan — berusaha menghiburnya. Nasi sudah menjadi bubur; Indonesia harus pulang dengan tangan kosong, jauh berbeda dari prestasi medali emas di Kamboja dua tahun lalu.
Semua berakhir dengan pertanyaan yang takkan terjawab. Dengan dua gol yang dicetak di pengujung laga, publik tak bisa tidak berandai-andai: bagaimana jika Raven diberi kesempatan bermain lebih banyak sejak awal? Sikap itu justru menyoroti betapa tegasnya konsekuensi keputusan pelatih yang datang terlambat, meskipun pemainnya mampu menunjukkan performa luar biasa.
Sebelum Raven masuk, Garuda Muda sebenarnya sudah memiliki beberapa peluang emas yang gagal dimanfaatkan. Rafael Struick dan Mauro Ziljstra kesulitan membaca gerakan pertahanan Myanmar, sehingga serangan tim selalu terhenti di area kotak penalti. Kehadiran Raven yang memiliki tinggi badan dan akurasi tandukan langsung mengubah momentum, tapi waktu yang tersisa terlalu sedikit untuk merebut selisih gol yang dibutuhkan. Penggemar pun mengungkapkan kekecewaan, karena potensi tim terlihat jelas tapi tidak bisa dimaksimalkan pada saat yang tepat.
