RADARCIREBON. TV – Aura SEA Games 2025 sempat terasa pekat bagi para pendukung Tim Nasional Indonesia. Hasil tim nasional sepak bola yang jauh dari harapan meninggalkan tanya besar tentang arah pembinaan, konsistensi, dan keseriusan federasi.
Namun, di tengah atmosfer muram itu, satu cahaya datang dari lapangan yang lebih sempit, futsal.
Di Nonthaburi Sports Complex Gymnasium, Jumat (19/12), Timnas Futsal Putra Indonesia bukan sekadar menang. Mereka mengguncang dominasi, merobohkan mitos, dan menampar anggapan bahwa Thailand tak tersentuh di Asia Tenggara. Skor telak 6-1 di partai final bukan hanya hasil akhir, melainkan pernyataan keras.
Baca Juga:Update Perolehan Medali Sea Games 2025 Jumat Malam, Indonesia Sabet 91, Waspada Vetnam Hanya Berjarak 5 EmasBupati Bekasi, Ade Kunang Di OTT KPK,Segini Harta Kekayaannya, Bikin Melongo!
Thailand datang sebagai penguasa mutlak. Lima edisi beruntun SEA Games mereka lalui dengan emas. Bahkan, dengan sistem kompetisi yang berlaku, hasil imbang saja sudah cukup untuk mempertahankan takhta. Sebaliknya, Indonesia tak punya pilihan selain menang dan itu harus dilakukan di kandang lawan.
Tekanan mental itu justru dijawab dengan keberanian. Sejak peluit awal, Indonesia tidak bermain aman. Pressing tinggi, tempo cepat, dan keberanian duel satu lawan satu menjadi senjata. Gol pembuka lahir di menit ke-13 lewat Firman Adriansyah yang tenang mengeksekusi penalti, hasil dari tekanan konstan yang memaksa Thailand melakukan pelanggaran.
Alih-alih mengendur, Indonesia semakin berani. Ketika Thailand mulai keluar dari cangkang, celah justru terbuka. Sepakan keras Syauqi Saud menggandakan keunggulan, disusul gol jarak jauh Samuel Eko yang membuat publik tuan rumah terdiam. Skor 3-0 terasa seperti alarm keras bagi sang raja.
Thailand merespons dengan cara khas futsal modern: power-play. Kiper ikut naik, serangan dipadatkan. Namun, di titik inilah perbedaan mental juara terlihat. Indonesia tidak panik. Transisi bertahan ke menyerang dijalankan dengan disiplin nyaris sempurna.
Dua gol tambahan dari Dewa Rizki dan Ardiansyah Nur lahir dari kecerdikan membaca situasi, bukan sekadar keberuntungan. Bahkan ketika Thailand sempat mencetak satu gol hiburan, pertahanan Indonesia tetap kokoh, nyaris tanpa cela.
Di menit-menit akhir, Ardiansyah Nur kembali mencatatkan namanya di papan skor, menutup laga dengan skor mencolok: 6-1. Sebuah hasil yang tak hanya mematahkan dominasi Thailand, tetapi juga menggeser pusat kekuatan futsal Asia Tenggara.
