RADARCIREBON.TV – Manajer Manchester United, Ruben Amorim, mengungkapkan pengakuan jujur mengenai perkembangan dirinya sebagai pelatih sejak menerima tantangan besar di Old Trafford. Pelatih asal Portugal itu menilai satu tahun bersama Setan Merah memberinya pelajaran yang jauh lebih berharga dibandingkan perjalanan kariernya sebelumnya.
Amorim resmi ditunjuk sebagai manajer Manchester United pada November 2024. Ia datang dengan reputasi mentereng usai membawa Sporting CP menjadi kekuatan dominan di Liga Portugal. Namun, realitas sepak bola Inggris menghadirkan tantangan yang jauh lebih kompleks. Tekanan publik, sorotan media, serta ekspektasi tinggi dari klub bersejarah seperti Manchester United membuat masa transisinya tidak berjalan mulus.
Dalam pernyataannya, Amorim mengakui bahwa periode awal kepemimpinannya dipenuhi kesulitan. Ia bahkan menyebut musim pertamanya sebagai fase penuh penderitaan. Situasi tersebut memaksanya untuk melakukan refleksi mendalam terhadap berbagai keputusan, baik dari sisi taktik maupun manajemen tim.
Baca Juga:Bantai Vietnam 7-3, Timnas Futsal Indonesia U-19 Pastikan Tiket Final Piala AFF U-19 2025Lewandowski di Ambang Perpisahan dengan Barcelona, Tawaran Arab Saudi Menguat
Menurut Amorim, pengalaman satu tahun di Manchester United terasa seperti proses belajar yang sangat intens. Ia menilai perkembangan yang ia alami dalam kurun waktu singkat itu melampaui apa yang ia dapatkan selama lima tahun sebelumnya sebagai pelatih kepala. Kondisi tersebut tidak lepas dari tuntutan untuk selalu tampil kompetitif di Premier League, sekaligus membangun identitas permainan di tengah keterbatasan waktu.
Amorim juga menyoroti kebiasaannya meninjau ulang pertandingan-pertandingan yang telah dijalani. Dari proses tersebut, ia menemukan bahwa tidak semua pendekatan yang digunakan pada awal masa jabatannya sesuai dengan kebutuhan tim. Upaya memaksimalkan skuad yang ada, menurutnya, tidak selalu menjadi pilihan paling tepat dalam konteks tertentu.
Meski mengakui banyak hal ingin ia ubah, Amorim menegaskan bahwa nilai-nilai utama kepelatihannya tetap dipertahankan. Ia menyebut prinsip dasar seperti etos kerja, disiplin, dan mentalitas kompetitif sebagai fondasi yang tidak bisa ditawar. Perubahan yang ia maksud lebih mengarah pada penyesuaian metode dan pendekatan, bukan meninggalkan identitas sebagai pelatih.
Amorim menggambarkan dirinya saat ini sebagai sosok yang lebih matang dan fleksibel. Ia merasa mampu menyeimbangkan idealisme dengan kebutuhan pragmatis di lapangan. Menurutnya, kedewasaan tersebut lahir dari pengalaman pahit yang justru memperkaya sudut pandangnya.
