Pengajian Potehi

Pengajian Potehi
0 Komentar

Maka, Dini-lah yang mendirikan kelompok pengajian itu. Empat tahun lalu. Seminggu sekali –tiap Rabu pagi waktu Eropa.

Awalnya, ustad di pesantren ayahnyi itu yang mengisi. Sekalian mengobati rindu di kampung halaman. Lama-lama anggotanya meluas hampir ke seluruh negara Eropa.

Dini dan keluarganyi

Yang ikut pengajian hari itu ada juga yang dari Belanda dan Makedonia. Juga dari Inggris.

Baca Juga:Lakalantas 1 Tewas, Massa Bakar MobilLagi Sedih, Bisa Berkunjung ke Balong Gede yang Diyakini Bisa Obati Kesedihan

Ibu yang dari Makedonia itu pintar membuat pantun dan puisi. Dia membacakan pantun dadakan tentang saya: membuat saya tersipu-sipu. Namanyi: Liem Siagian.

”Anda lahir di mana, di Sumut?” tanya saya.

”Saya lahir di Jember, Jatim,” jawabnyi.

”Di Jember tidak ada marga Siagian….”

”Ayah saya dari Balige.”

”Kenapa pakai nama depan Liem?”

”Ibu saya marga Liem.”

”Lulus SMA di Jember?”

”Di Probolinggo.”

”Hahaha… Anda ini kacau sekali….” celetuk saya.

”Masih ada yang lebih kacau….” tukasnyi.

Liem pun bercerita tentang ”kekacauannyi” itu. Sebelum tinggal di Eropa, ternyata Liem berstatus TKW di Hongkong. Dia sering melihat misionaris Gereja Mormon di Hongkong. Mereka rajin mendatangi TKW. Itu justru memperkuat keimanannyi sebagai muslimah. Liem justru mendirikan aktivitas pengajian untuk TKW Hongkong. Sering mengundang penceramah dari As-Syafi’iyah, Jakarta.

”Saya dulu sebenarnya cukup mapan. Saya bekerja di perusahaan eksportir ubur-ubur,” kata Liem. Dia pun keliling Indonesia. Ke daerah-daerah penghasil ubur-ubur. Dia juga sering ke Medan –karena pusat perusahaan itu di Medan.

”Perusahaan saya itu bangkrut,” katanyi. ”Lalu, saya putuskan menjadi TKW,” ujarnyi.

Di Hongkong itu Liem ketemu orang keturunan Makedonia. Pengusaha. Muslim. Duda dengan tiga anak.

Liem dilamar duda itu. Kawin. Diboyong ke kampung halaman suami: Labunishta, Kecamatan Struga, 15 km dari Albania. Itu desa terpencil di Makedonia.

Liem bersama suami dan anak-anaknya.

Seluruh desa itu muslim. Sang suami pengusaha sukses: punya travel haji dan umrah. Punya banyak bus. Sang suami membangun banyak masjid di sana, termasuk di Sarajevo –di negara tetangga.

Baca Juga:Babi GadisJadi Penyangga Waduk Jatigede, Warga Desa Tarunajaya Kudu Mahir Olah Produk Berbahan Dasar Ikan

Jamaah haji dari sana pergi ke Makkah naik bus. Berhari-hari. Lewat Bulgaria, Turki, Syria, Lebanon, Sinai.

0 Komentar