Belum Banyak Tahu! Inilah Fakta Menarik Waduk Darma Kuningan

Belum Banyak Tahu! Inilah Fakta Menarik Waduk Darma Kuningan
Sumber: instagram.com/permanaafiz14_
0 Komentar

RADARCIREBON.TV – Waduk Darma terletak di bagian barat daya Kabupaten Kuningan, tepatnya di Desa Jagara Kecamatan Darma, dan memiliki sumber air. Dari beberapa sungai antara lain Sungai Cisanggarung, Cinangka, Cikalapa dan Cireungit. Waduk Darma Kuningan selain menjadi sumber air bagi masyarakat Kuningan, di jadikan juga sebagai tempat wisata yang sering di kunjungi.

Berikut ini ada beberapa fakta menarik tentang Waduk Darma Kuningan yang harus kamu tahu.

Sejarah Waduk Darma Kuningan

Waduk atau Bendungan ini di bangun oleh Belanda pada tahun 1922 ketika orang suci Tuhan tiba di Dharma, bekas danau atau danau kecil yang berfungsi sebagai sawah dan pemukiman.

Baca Juga:Bingung? Inilah Cara Menjual Uang Kuno 100 RupiahPenasaran? Berapa Harga Uang Koin 25 Rupiah 1971?

Waduk Darma merupakan titik temu antara desa Darma, Jagara, Sakerra, Paninggaran, Cipasung, Kawah Manuk dan Parungi. Di tengahnya terdapat Mata Air Cihanyir, dan di utara Waduk Darma terdapat Gunung Ceremai.

Menurut kepercayaan masyarakat setempat, saat para wali masih hidup. Waduk Darma adalah bendungan atau danau besar yang di buat oleh Kakek Sator atau Kakek Dalem Cageur, yang airnya di alirkan dari tengah Pulau Waduk Darma dan Mata Air Cihanyir dari hulu Sungai Cisanggarung. Cita-cita Kakek Dalem Cageur adalah menjadikan Situ Waduk Dharma sebagai taman bermain bagi putranya Pangeran Gencay. Selain itu, Embah Dalem Cageur memiliki hobi budidaya ikan.

Selama pembangunan telaga tersebut, Embah Dalem Cageur mencurahkan banyak tenaga pada kauravoinya, sehingga butuh beberapa pihak untuk melayani para pekerjanya.

Menurut cerita, Embah Dalem Cageur memilih sebuah bukit di sekitar desa Kawah Darma Manuk yang sekarang di kenal dengan nama Bukit Pangriutan untuk menanak nasi.

Menurut saksi hidup, perayaan para pekerja saat proses pembuatan danau tersebut masih bertahan hingga saat ini dalam bentuk gundukan tanah berbentuk kongcot atau tumpegrisi.

Gundukan yang jatuh tidak hilang dari masa lalu hingga saat ini. Meskipun telah rusak oleh tangan manusia dan terendam air selama puluhan tahun, masih ada. Usai membangun telaga, Embah Dalem Cageur juga membangun perahu jati yang berukuran cukup besar.  

0 Komentar