Emak-Emak Daur Ulah Sampah Plastik Dan Kertas

0 Komentar

Komunitas emak-emak di Kota Tegal, berhasil mengolah aneka sampah anorganik menjadi produk bernilai ekonomi. Bahkan beberapa produk tersebut kini sudah merambah ke pasar Asia dan Eropa.

Di tangan 14 anggota kelompok Rutela (Runtah Tegal Laka Laka), di Kelurahan Randugunting Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal, aneka jenis sampah rumah tangga dimanfaatkan menjadi sebuah produk yang memiliki nilai jual.

Mereka mampu mengolah aneka jenis sampah mulai dari kain perca, koran bekas, plastik kresek, plastik bungkus kopi, sabun cuci sampai sampah besi hingga paralon, menjadi aneka produk menarik.

Baca Juga:Surat Suara Dari 19 TPS Desa Setupatok Diamankan Di Kecamatan KPU RI Ajak Radio Komunitas Dan Media Tangkal Hoax Pemilu

Plastik kresek misalnya, diolah menjadi tas jinjing, vas bunga, hingga gantungan kunci. Kemudian plastik bungkus kopi sampai detergen didaur ulang menjadi tas besar, karpet lantai dan lainnya. Ada juga miniatur kapal pesiar dari limbah koran yang dibentuk dari pilinan kertas koran.

Berdiri sejak tahun 2017 silam, usaha daur ulang sampah ini semakin sukses. Kegiatan mereka pun ikut berkontribusi dalam menjaga kelestarian alam, karena bisa memanfaatkan limbah anorganik yang dibuang di tempat sampah. Kerajinan dari sampah anorganik ini bahkan tembus pasar internasional.

Mufasiroh (52), salah satu pengurus Rutela Selasa pagi, mengatakan bahan baku produk yang dibuat 100 persen dari sampah. Komunitas emak-emak ini menampung sampah-sampah plastik dari bank sampah di sejumlah kelurahan Kota Tegal.

Selama menggeluti daur ulang ini, komunitas Rutela tidak lepas dari berbagai kendala dan masalah. Keterbatasan alat penunjang produksi dan pemasaran produk adalah yang paling krusial.

Berbagai upaya pun dilakukan agar mendapat bantuan untuk meningkatkan kualitas produk. Hingga akhirnya, kelompok ini dilirik oleh PT Pertamina Patra Niaga regional Jawa bagian tengah.

Berkat program CSR Pertamina, mereka mendapatkan bantuan alat produksi dan pelatihan ketrampilan. Mereka juga diberikan pelajaran dalam memasarkan produk dan cara pengambilan foto produk yang akan dipasarkan, sehingga bisa menarik pembeli.

Dalam berbagai event pameran produk dari sampah ini selalu diikutkan hingga makin dikenal luas. Dari bantuan tersebut, produk yang dibuat makin meningkat baik mutu dan kualitasnya. Kerajinan dari limbah ini pun banyak diminati konsumen dari mancanegara. Beberapa konsumen dari Asia dan Eropa sudah beberapa kali membeli produk mereka seperti Malaysia dan Polandia.

Baca Juga:Harga Garam Stabil & Cenderung Naik Saat Kemarau Institut Mahardika Berhasil Mewisuda Ratusan Mahasiswa

Dalam menjual produk, mereka tidak menerapkan harga yang tinggi. Gantungan kunci dijual Rp. 5.000 Rp 10.000, vas bunga kisaran Rp 65.000 sampai Rp 250 ribu dan tas jinjing dijual Rp 150 ribu sampai Rp 200.000. Sedangkan karpet dari lipatan bungkus kopi dijual Rp. 500.000 hingga Rp. 800.000 tergantung ukuran. Sementara harga paling mahal yakni miniatur kapal pesiar dari pilinan koran, yang dijual 1,5 juta sampai 2 juta rupiah.

Sementara itu Junior Officer II Communication dan Relations PT Pertamina Patra Niaga regional Jawa bagian tengah Faradita Dwilifia Maizar mengatakan, pihaknya memiliki komitmen tinggi dalam menjaga kelestarian lingkungan, serta turut menyiapkan pelatihan kepada parajin UMKM dan memberikan bantuan alat untuk pengelolaan limbah anorganik tersebut, termasuk membantu penjualan melalui pasar digital atau e commerce.

Seiring makin berkembangnya jumlah produk yang dihasilkan, kelompok ini telah ikut dalam mengurangi sampah plastik. Dalam setiap bulan sedikitnya 10 kilogram plastik bungkus kopi-detergen diolah menjadi produk. Kemudian puluhan kilogram plastik kresek juga didaur ulang menjadi sesuatu yang memiliki nilai jual seperti tas jinjing hingga busana berbahan plastik

0 Komentar