Banjir yang menggenangi area persawahan Kelompok Tani Jembar Mukti terjadi hampir setiap tahun, dengan lebih dari 80% lahan terendam, hingga menyebabkan ancaman gagal tanam. Meski kerap dikunjungi oleh Pemerintah Daerah (Pemda) dan dinas terkait, hasil evaluasi dari kunjungan tersebut belum pernah dirasakan dampaknya oleh petani.
Kondisi ini terjadi di Desa Bayalangu Lor, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, di mana area persawahan terendam banjir sejak Senin malam dan hingga Rabu siang belum juga surut.
Bibit padi jenis Pari Kebo, yang baru berusia 30 hari, kini terancam gagal tanam akibat luapan air dari tiga saluran irigasi. Saluran yang seharusnya menjadi sumber air bagi sawah justru meluap, menyebabkan banjir yang menggenangi lahan pertanian.
Baca Juga:Banjir Dan Longsor Terjadi Di Kuningan – VideoIrigasi Sekunder Mertapada Alami Pendangkalan Parah – Video
Banjir yang merendam area persawahan bukanlah yang pertama kali terjadi. Awal tahun lalu, sawah juga sempat terendam, menyebabkan petani harus menunda tanam hingga lebih dari 10 hari. Kini, kondisi lebih parah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, dengan dampak yang lebih merugikan bagi petani.
Ketua Kelompok Tani Jembar Mukti menyampaikan bahwa ia dan petani lainnya hanya bisa menunggu air surut. Namun, mereka merasa banjir tahun ini lebih merugikan dibandingkan sebelumnya, mengingat kondisi lahan yang semakin parah.
Sementara itu, Penyuluh Pertanian Desa Bayalangu Lor, Pepen, menjelaskan bahwa area persawahan ini menjadi muara dari tiga desa di sekitarnya. Sayangnya, belum adanya normalisasi saluran irigasi memperparah kondisi, sehingga banjir terus terjadi setiap tahun.
Meskipun Pemda dan dinas terkait sering melakukan kunjungan, hingga kini belum ada langkah nyata dalam penanganan masalah tersebut. Akibatnya, hasil panen petani diprediksi turun hingga lebih dari 70% untuk masa tanam pertama.
Petani berharap agar pemerintah segera memberikan solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan ini. Saat ini, mereka hanya bisa berharap panen dapat berjalan seperti pada masa tanam kedua, yang biasanya menghasilkan rata-rata 5 ton per bahu lahan.
Dengan penanganan yang lebih serius dari Pemda dan dinas terkait, petani berharap mereka dapat menikmati hasil panen secara normal tanpa terancam gagal tanam setiap tahunnya.