Perang Bubat: Tragedi Cinta, Kehormatan, dan Larangan Menikah Sunda – Jawa

Perang Bubat
Tragedi Perang Bubat: Kisah tragis Dyah Pitaloka dan Prabu Linggabuana yang memilih kehormatan daripada tunduk pada Majapahit. Larangan menikah Sunda-Jawa lahir dari luka sejarah.
0 Komentar

Gajah Mada tak menerima hukuman, tapi sejak saat itu, kepercayaan terhadapnya menurun, dan banyak bangsawan Majapahit menjauh darinya.

Sejak Perang Bubat, hubungan antara Sunda dan Jawa membeku. Di kalangan masyarakat Sunda, lahirlah larangan tak tertulis:

“Orang Sunda jangan menikah dengan orang Jawa.”

Larangan ini diwariskan turun-temurun, bukan karena kebencian, tetapi karena luka sejarah yang terlalu dalam untuk dihapuskan begitu saja.

Warisan Perang Bubat

Baca Juga:Bejatnya DS, Predator Anak di Balik Seragam Tenaga Medis Rumah Sakit CirebonPresiden Prabowo Tiba di Bangkok: Diplomasi, Kehormatan, dan Bukan Misi Basa – Basi

Perang Bubat bukan hanya perang, tapi tragedi cinta dan kehormatan yang berubah menjadi dendam sejarah.

Dyah Pitaloka dikenang sebagai lambang keberanian perempuan Sunda.

Prabu Linggabuana menjadi raja yang gugur demi harga diri bangsanya.

Gajah Mada, sang patriot besar, dikenang pula sebagai penyebab luka Sunda.

Hayam Wuruk, raja besar Majapahit, menjadi sosok tragis yang gagal memilih cinta atas kekuasaan.

0 Komentar