RADARCIREBON.TV – Dalam dunia yang makin canggih dengan AI dan big data, Wakil Bupati Cirebon, H. Agus Kurniawan Budiman, justru memilih cara lama tapi ampuh: jemput bola ke desa.
Kamis (22/5/), ia turun langsung ke Kecamatan Greged, bukan untuk piknik, tapi untuk memastikan data penduduk tidak ngawur dan bantuan sosial tidak mendarat ke orang kaya yang pura-pura miskin.
Tak tanggung-tanggung, Jigus (begitu ia akrab disapa) mengajak serta para kuwu dari tiga kecamatan. Kalau bisa lintas kecamatan, kenapa harus satu?” mungkin begitu pikirnya. Yang dibahas? Semuanya: dari pendataan, jalan rusak, sampai tumpukan sampah yang kadang lebih terkenal dari nama kepala desanya sendiri.
Baca Juga:Auto Masuk Timnas E-sport! Ini Cara Jadi Jagoan Mobile Legends Tanpa CheatDari Seragam Militer ke Seragam Penjara: Iwan Sritex dan Uang yang Tak Pernah Cukup
“Pendataan ini penting. Kalau datanya salah, bantuan bisa nyasar ke yang enggak butuh. Kita bisa gagal paham satu kabupaten,” kata Jigus dengan penuh perasaan.
Soal infrastruktur, ia bicara blak-blakan. Sekarang lagi dipetakan 187 kilometer jalan rusak. Kalau dibentangkan sangat panjang, bisa buat jalan kaki ke Bandung sambil introspeksi hidup.
Tapi ia serius: pemetaan ini akan disinkronkan dengan BKAD, supaya bisa masuk ke anggaran, bukan cuma masuk ke keluhan warga Facebook.
Dan tentu saja, sampah. Masalah klasik yang kadang dianggap angin lalu, padahal baunya nyata. Jigus menegaskan: desa harus aktif mengelola sampah.
Pertemuan ini juga jadi ruang curhat para kuwu. Mereka mengeluhkan berbagai hal, dari honor perangkat desa sampai sinyal internet yang kadang muncul cuma buat PHP.
Yang jelas, bagi Jigus, desa bukan sekadar ‘penerima perintah’. Mereka adalah mitra strategis.
“Kalau pemerintah daerah itu kapal besar, desa itu dayungnya. Kalau enggak sinkron, ya muter-muter aja di tempat,” katanya.
Baca Juga:Sritex : Saat Benang Indonesia Menjahit DuniaDari Sidang Paripurna DPRD Jabar, Tak Ada Walk Out, Tak Ada Teriak, Cuma Pelukan dan Guyon Politik
Dengan gaya blusukan dan tangan terbuka, Wabup Jigus ingin memastikan bahwa data bukan hanya angka di Excel, tapi cermin kehidupan warga. Bantuan bukan sekadar proyek, tapi wujud hadirnya negara. Dan kunjungan ini, walau hanya sebentar, mungkin jadi awal dari bangkitnya birokrasi yang lebih mendengar.
.