Setiap bulan Muharam, warga Kampung Kaputren di Kecamatan Jatitujuh, Majalengka, tetap menjaga tradisi warisan leluhur mereka. Mereka membuat Bubur Suro secara gotong royong sebagai bentuk syukur dan doa agar terhindar dari bencana.
Warga Kampung Kaputren, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka, masih menjaga tradisi turun-temurun, yaitu membuat Bubur Suro setiap bulan Muharam. Bubur Suro dibuat dari beras, umbi-umbian, kacang-kacangan, dan hasil bumi lainnya yang dimasak bersama rempah-rempah.
Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas datangnya bulan Muharam. Selain itu, warga juga percaya bahwa dengan membuat dan membagikan Bubur Suro, mereka bisa terhindar dari bencana dan penyakit.
Baca Juga:UMKM Yang Sudah Terdaftar NIB Baru 13 Persen – VideoKuwu Heriyanto Keluhkan Jadi Sasaran Amarah Masyarakat – Video
Menurut warga setempat, Emak Titi, kegiatan ini dilakukan secara gotong royong dan semua bahan berasal dari warga yang memberi secara sukarela. Tahun ini, sekitar seribu porsi bubur dibuat menggunakan satu kuintal beras. Warga lain seperti Dartiayah juga ikut membantu dan berharap tradisi ini membawa berkah.
Selain itu, tokoh masyarakat, Yayeng, menjelaskan bahwa tradisi ini berasal dari kisah Nabi Nuh AS, di mana setelah banjir besar surut, Nabi Nuh membuat bubur dari sisa makanan di kapal pada tanggal 10 Muharam. Cerita ini menjadi dasar tradisi Bubur Suro di kampung tersebut.
Setelah dimasak, Bubur Suro dibagikan ke rumah-rumah warga. Warga percaya memakan bubur ini bisa mendatangkan kebaikan dan menjaga mereka dari segala macam musibah.