Pesta Rakyat Anak KDM Berakhir Tragis, 3 Tewas Termasuk Seorang Anak dan Polisi

Evakuasi korban dalam insiden pesta rakyat anak KDM
Pesta rakyat anak KDM makan korban
0 Komentar

RADARCIREBON.TV – Suasana haru menyelimuti Kabupaten Garut setelah pesta rakyat yang digelar untuk merayakan pernikahan anak Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, berujung petaka. Tiga nyawa melayang dalam kericuhan yang terjadi di tengah ribuan massa yang memadati Alun-alun Garut, Kamis (17/7) sore.

Acara yang semula dirancang sebagai bentuk syukuran atas pernikahan Putri Karlina, Wakil Bupati Garut, dengan Maula Akbar, justru menjadi mimpi buruk bagi sebagian keluarga yang hadir. Tiga korban meninggal dunia akibat terjebak dalam kerumunan yang tidak terkendali.

Identitas para korban telah dikonfirmasi oleh pihak kepolisian dan keluarga. Mereka adalah VA (8 tahun), bocah perempuan asal Kelurahan Sukamentri; Dewi Jubaedah (61 tahun), warga lokal; dan Bripka Cecep Saeful Bahri (39 tahun), seorang anggota kepolisian yang sedang bertugas mengamankan acara.

Baca Juga:Dedi Mulyadi Tegas Menonaktifkan Kepala Sekolah SMAN 6 Garut Diduga Bunuh Diri Karena Tidak Naik KelasDedi Mulyadi :Juli, Kita Bongkar Semua! Rakyat Berhak Tahu, Tak Ada Lagi Anggaran Disembunyikan

Mela, ibu dari korban VA, mengisahkan bahwa dirinya tengah berdagang di sekitar lokasi acara. Anaknya yang mengikuti antrean bersama anak-anak lain tiba-tiba tak terlihat lagi. Beberapa saat kemudian, ia mendapat kabar bahwa VA telah dibawa ke ambulans.

“Waktu saya lihat, tubuhnya sudah dingin, wajahnya membengkak. Saya tahu, anak saya sudah tidak ada,” ujar Mela sambil menangis.

Neulis, pedagang lain yang berada di lokasi, menyebut bahwa massa mulai membeludak sejak pagi hari. Informasi adanya pembagian makanan gratis menarik ribuan warga dari berbagai penjuru Garut. Saat acara dimulai, kerumunan mulai tidak terkendali.

“Polisi dan Satpol PP kewalahan. Orang pingsan di mana-mana. Saya bantu tarik anak-anak dari kerumunan depan Kimia Farma. Paling parah, anak itu (VA),” katanya.

Menurut Neulis, gerbang yang dibuka-tutup sebagian menjadi celah berbahaya. Banyak warga terseret saat mencoba masuk ke area acara. “Mungkin pas gerbang dibuka, anak itu keseret. Saya dan kakak bantu evakuasi, tapi saat dicek, dia sudah tidak bernyawa,” imbuhnya.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak keluarga pejabat maupun panitia pelaksana. Namun peristiwa ini memunculkan banyak pertanyaan soal kesiapan penyelenggara dalam mengelola massa dalam skala besar.

Acara yang seharusnya menjadi panggung sukacita justru berubah menjadi tragedi kemanusiaan. Luka mendalam kini tertinggal di hati para keluarga korban, menyisakan duka di tengah pesta.

0 Komentar