RADARCIREBON.TV – Di bawah langit Bali yang biru, di tempat para leluhur disucikan dan sejarah bangsa ditulis kembali, satu nama kembali bergema dari seluruh penjuru Tanah Air: Megawati Soekarnoputri.
Bukan sekadar Ketua Umum. Ia adalah penjaga api perjuangan, putri dari Sang Proklamator yang darahnya mengalir dalam denyut sejarah Indonesia modern.
Di Kongres ke-6 PDI Perjuangan, Megawati tak dipilih, ia dipanggil kembali. Bukan oleh ambisi pribadi, tapi oleh suara yang lahir dari kesadaran kolektif, dari barisan kader yang percaya bahwa dalam dirinya hidup roh Trisakti, nyala nasionalisme, dan harapan bagi masa depan bangsa.
Baca Juga:Profil Megawati Soekarnoputri: Sejarah, Peran, dan Pengaruh dalam Politik IndonesiaHasto Kristiyanto PDIP Bakal ke Dewan Pers Usai Dicecar Polisi soal Dugaan Hoax , Ngadu ke Megawati?
“Kalau tiang negara rapuh, kita bisa dijajah kembali,” begitu pesannya. Bukan sekadar retorika, tapi peringatan dari seorang Ibu Bangsa yang mengerti luka kolonial, derita rakyat, dan pentingnya ideologi yang tak lekang oleh waktu.
Tak ada pemungutan suara. Tak ada perdebatan. Yang ada hanya aklamasi, serentak, bulat, dan penuh hormat. Karena di hadapan sejarah, semua tahu: Megawati adalah pilar yang tak tergantikan.
Kini, Megawati kembali di puncak. Bukan karena kekuasaan, tapi karena keyakinan. Bahwa di tengah gelombang zaman, hanya pemimpin dengan akar sejarah dan nyala ideologi yang bisa menuntun kapal bangsa tetap lurus di jalur kemerdekaan.
PDIP tak sekadar menunjuk pemimpin mereka menyematkan mahkota sejarah kepada Sang Putri Fajar.
Kongres ke-6 PDI Perjuangan yang digelar di Nusa Dua Bali Convention Center pada Jumat (1/8) resmi kembali mengukuhkan Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum partai untuk periode 2025–2030. Pengukuhan ini dilakukan secara aklamasi oleh seluruh peserta kongres yang terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan Bendahara DPD dan DPC se-Indonesia, serta seluruh jajaran DPP partai.
Keputusan tersebut tidak lagi mengejutkan karena sebelumnya Megawati sudah ditetapkan sebagai calon tunggal dalam Rakernas beberapa waktu lalu. Ketua Steering Committee Kongres ke-6, Komarudin Watubun, menegaskan bahwa forum kongres hanya mengukuhkan keputusan yang telah diambil sebelumnya.
“Karena memang sudah diputuskan di Rakernas kemarin, forum kongres ini hanya mengukuhkan. Rakernas tidak untuk memilih, tapi menyiapkan arah dan landasan strategis partai. Jadi sudah final,” ujar Komarudin saat ditemui di lokasi acara.