Miris!! Dari "Golden Boy" ke Bayangan, Nasib Joao Felix dan Tiga Bintang Pemenang Lain yang Kini Meredup

Sepakbola Dunia
Joao Felix yang dulu menjadi golden boy kini meredup. Foto: Ig joaofelix97/tangkap layar - radarcirebon.tv
0 Komentar

RADARCIREBON.TV- Penghargaan Golden Boy yang diselenggarakan oleh Tuttosport dikenal sebagai “barometer talenta muda terbaik di Eropa.”

Sejumlah nama besar seperti Lionel Messi, Kylian Mbappe, hingga Pedri membuktikan prestise trofi ini sebagai awal karier gemilang.

Namun di sisi lain, beberapa pemenang justru meredup sejak menerima penghargaan ini—seluruhnya menjadi pengingat bahwa talenta tanpa konsistensi, mentalitas, dan pilihan tepat tidak menjamin kesuksesan.

Baca Juga:8 ‘Master of Europe’ Pelatih yang Raih Gelar Liga Champions Lebih dari SekaliHokky Caraka Tinggalkan PSS Sleman, Menuju Persita dan BRI Super League demi Perkembangan Karier

Salah satu yang paling mencolok adalah Joao Felix. Berikut ulasan perjalanan misteriusnya, bersama tiga pemenang Golden Boy lainnya yang juga tenggelam dari peta sepakbola elite.

Nasip Golden Boy Yang Redup

1. Joao Felix – Puncak Awal, Turun Dramatik

Pada 2019, saat baru berusia 19 tahun, Joao Felix meraih Golden Boy setelah tampil gemilang bersama Benfica.

Ia lalu diboyong Atletico Madrid dengan mahar sebesar €126 juta—harga fantastis yang membawa ekspektasi tinggi.

Namun perjalanan kariernya tak semulus prediksi, bermasalah di Atletico, dipinjamkan ke Chelsea dan Barcelona, lalu dipermanenkan di Chelsea sebelum dipinjam ke AC Milan pada mid‑season 2025.

Kontribusinya mulai meredup, hanya beberapa gol dari puluhan laga.

Suasana memburuk ketika Felix memutuskan bergabung dengan Al‑Nassr, klub Arab Saudi, di usia relatif muda.

Langkah ini dinilai sebagian pakar sebagai semata keputusan bisnis ketimbang ambisi sportif.

Baca Juga:Dukungan Penuh Gavi & Raphinha Mengapa Lamine Yamal Layak Jadi Kandidat Ballon d’Or SpektakulerArteta Rela Debut Biasa untuk Gyokeres, Kenapa Sang Striker Masih Layak Jadi Investasi Besar Arsenal

Agen Jen Mendelewitsch menyebutnya “bukan lagi pesepakbola, dia mesin pencetak uang, sudah lama tidak bermain sepak bola”.

Suasana menurunnya reputasi diarespon tajam oleh media. Salah satu perumpamaan menyatakan kariernya seperti “permen karet”—eksplosif di awal, cepat hilang rasa kemudian basi.

2. Mario Balotelli – Eksentris tapi Inkonsisten

Sebelum Anomalinya Felix, Mario Balotelli menjadi contoh klasik, talenta besar, tetapi tidak mampu bertahan di puncak.

Setelah klub bergengsi seperti Inter, Milan, dan City, kariernya menurun drastis karena inkonsistensi dan kontroversi. Saat ini (2025), ia bahkan masih berstatus bebas transfer meskipun tetap mencari klub baru.

3. Anthony Martial – Debut Memukau, Lalu Meredup

Di musim debutnya bersama Manchester United, Martial mencuri perhatian dengan gol spektakuler melawan Liverpool.

0 Komentar