Dalam konteks ini, kemarahan masyarakat sebenarnya mencerminkan kegagalan sistem hukum kita dalam memberikan rasa aman dan kepastian. Pemerintah dan aparat hukum tidak cukup hanya berhenti di penangkapan pelaku. Penyelidikan yang menyeluruh perlu dilakukan untuk memastikan tidak ada pelaku lain yang terlibat, serta meneliti apakah ada kelalaian dari pihak sekolah, aparat desa, atau sistem keamanan wilayah yang seharusnya dapat mencegah kejadian ini sejak awal.
Selain itu, penting juga untuk memfasilitasi pemulihan psikologis bagi keluarga korban yang kehilangan anaknya dengan cara paling menyakitkan. Kasus ini harus menjadi momen untuk melakukan perbaikan menyeluruh. Perlindungan anak bukan hanya sekedar slogan, tetapi sebuah komitmen nyata yang harus tercermin dalam sistem pendidikan, penegakan hukum, dan kesadaran sosial.
Jangan sampai kejahatan terhadap anak menjadi salah satu statistik tahunan yang terus meningkat, tanpa adanya perubahan struktural yang signifikan. Diva tidak sepatutnya dijadikan angka. Ia adalah simbol kegagalan kita dalam melindungi yang paling rentan. Dan selama keadilan yang menyeluruh belum terwujud, maka kita semua harus ikut bertanggung jawab.