RADARCIREBON.TV – Crystal Palace ternyata punya urat malu yang cukup panjang. Mereka menolak menyerahkan Piala Community Shield dengan cuma-cuma ke tangan Liverpool. Tidak seperti tim-tim yang langsung tunduk begitu melihat logo burung Liver, Palace justru melawan seperti sedang mempertaruhkan harga diri terakhir di diskon akhir tahun.
Padahal, laga ini awalnya tampak seperti pesta kecil Liverpool. Baru empat menit pertandingan berjalan, Frimpong, pemain anyar yang mungkin masih hafal peta Anfield di Google Maps, langsung mencatatkan namanya di papan skor. Gol cepat itu seperti menampar Palace sambil berkata: “Selamat datang, ini rumah kami.”
Tapi sepak bola bukanlah tentang siapa yang paling cepat berteriak di awal. Crystal Palace membalas melalui penalti Jean-Philippe Mateta, yang dieksekusi dengan tenang seolah ia sedang memesan kopi tanpa gula di kafe hipster London. Skor 1-1, dan The Reds mulai mengingat bahwa piala tidak dibagikan hanya karena jersey terlihat keren di kamera.
Baca Juga:Cetak 4 Gol, Salip Malut dan Persib! Persija Puncaki Klasemen BRI Liga 1!Eksel Runtukahu Starter, Hokki Caraka Cadangan! Persija Wajib Cetak Tiga Gol Untuk ke Puncak Klasemen!
Namun, Liverpool tidak mau lama-lama disamakan. Hugo Ekitike, rekrutan segar yang mungkin masih bingung mana utara dan selatan di Merseyside memanfaatkan peluang untuk membuat skor 2-1. Gol ini menghidupkan kembali keyakinan fans bahwa trofi akan dibawa pulang, mungkin sambil sedikit menyombong di media sosial.
Sayangnya, cerita “dominasi total” itu tak berakhir bahagia. Di menit ke-77, Ismaila Sarr yang tampaknya tidak membaca naskah kemenangan Liverpool menyelinap di antara lini pertahanan The Reds dan menceploskan bola.
Gol ini membuat stadion bergemuruh, kecuali bagian tribun yang dipenuhi pendukung Liverpool yang tiba-tiba jadi sangat tertarik memeriksa ponsel masing-masing. Skor 2-2, dan drama pun memanas.
Liverpool mencoba menekan lagi, tapi yang mereka temui hanyalah pertahanan Palace yang menutup rapat seperti toko kelontong saat hujan deras. Upaya-upaya dari Mohamed Salah dan kawan-kawan lebih mirip latihan menembak ke tembok daripada ancaman serius.
Crystal Palace bahkan beberapa kali hampir membalikkan keadaan. Bayangkan, tim yang di atas kertas seharusnya menjadi “pemanis” di final ini justru membuat Liverpool ngos-ngosan seperti lari maraton tanpa persiapan.