Dua opsi perbaikan ditawarkan: menggunakan fiber atau jacket beton dengan spesifikasi besi yang lebih besar dan konstruksi lebih baik. Hitungan kasarnya, biaya perbaikan mencapai Rp15 miliar, dan idealnya dilakukan segera.
KDM pun mengaku heran dengan besarnya keuntungan yang diambil dari proyek fisik tersebut.
“Kok bangunan berani amat ngambilnya, hampir setengahnya loh,” sindir KDM.
Baca Juga:Walikota Cirebon Siap Evaluasi Kenaikan PBB yang Bikin Resah, KDM:Terjadi di 2024 Sebelum Walikota SekarangWalikota Penuhi Panggilan Kejaksaan – Video
Edo bahkan membeberkan bahwa hasil uji menunjukkan pembangunan gedung itu hanya terealisasi sekitar 67 persen. Angka ini jelas menyiratkan bahwa hampir sepertiga nilai proyek “menghilang” entah ke mana.
Dengan APBD senilai Rp1,7 triliun, Edo mengatakan dirinya tetap fokus pada program prioritas: perbaikan jalan, pendidikan, kesehatan, dan lingkungan hidup. Namun, ia juga berharap ada bantuan keuangan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk memperbaiki Gedung Setda yang bermasalah itu.
“Ya nanti diajukan saja bantuan keuangan provinsi ke Kota Cirebon untuk rekonstruksi gedung Setda,” ujar KDM yang rupanya membaca kegelisahan Edo.
Ironisnya, beberapa masalah besar yang diwariskan dari masa lalu ini muncul di saat masyarakat Cirebon menaruh harapan besar pada kepemimpinan baru.
BPR yang tersandung kredit macet miliaran rupiah, gedung Setda yang rawan ambruk, dan sisa problem teknis lainnya membuat pekerjaan rumah Edo semakin menumpuk. Publik tentu akan menilai dari bagaimana ia menyelesaikannya. Jika tidak, warisan masalah ini akan terus menjadi beban yang menggerogoti anggaran dan kepercayaan warga.