Yang menarik, drama ini seakan membuka tabir problem klasik Persebaya: krisis striker murni. Sampai-sampai seorang pemain harus “dipinjamkan” ke posisi yang bukan jiwanya, lalu ditarik lagi ke habitat aslinya. Inilah potret betapa carut-marutnya strategi, yang bisa jadi bumerang di tengah persaingan sengit Liga 1.
Namun, jika langkah ini berhasil, Tumbas bisa jadi simbol kebangkitan. Dari striker yang “dikhianati” dengan dipasang di belakang, lalu bangkit sebagai penentu kemenangan. Cerita seperti ini bisa jadi legenda di Surabaya.
Pada akhirnya, laga melawan Persita bukan sekadar pertarungan biasa. Ini adalah ujian mental untuk Tumbas, dan ujian kecerdasan untuk Perez. Apakah kembalinya Tumbas ke posisi striker akan membuat Bajul Ijo bangkit, atau justru mempermalukan mereka sendiri? Jawabannya hanya ada di lapangan.