RADARCIREBON.TV- Pada pekan kedua BRI Super League 2025/2026, duel antara Malut United dan Bali United tak hanya menjadi sorotan karena persaingan klasemen, melainkan juga karena kehadiran sejumlah pemain berbendera Timnas Indonesia dari kedua tim.
Menariknya, kehadiran mereka justru menggarisbawahi bahwa klub kini lebih mengutamakan performa dan prospek ketimbang sekadar senioritas.
Fusion Pemain Timnas ala Malut United
Malut United tidak main-main mengarungi musim ini sebagai salah satu kandidat juara. Klub asal Maluku Utara ini menampilkan sosok-sosok penting dari Timnas Indonesia, di antaranya Yakob Sayuri dan sang saudara kembar, Yance Sayuri.
Baca Juga:Prediksi Malut United vs Bali United di Liga Super 2025: Momentum Emas di KandangDuel Panas ISL Hari Ini! Semen Padang & Dewa United Cari Kebangkitan, Malut United Tantang Bali United!
Keduanya memang punya kontribusi nyata di era kepelatihan Patrick Kluivert, terlibat dalam laga-laga krusial melawan China dan Jepang di kualifikasi Piala Dunia 2026.
Yakob mencatatkan 74 menit bermain sebagai starter, sedangkan Yance tampil penuh 90 menit di laga kedua melawan Jepang. Kehadiran mereka menjadi jaminan daya tahan dan kualitas di lini depan Laskar Kie Raha—dan tentu meningkatkan ambisi klub untuk berjaya.
Tria Muda yang Menjanjikan dari Bali United
Sementara itu, Bali United menampilkan wajah-wajah baru namun potensial: Kadek Arel Priyatna, Jens Raven, dan Rahmat Arjuna.
Meski belum mencicipi kerasnya atmosfer tim senior, mereka menunjukkan prestasi mentereng di Piala AFF U-23 2025. Kadek Arel didapuk menjadi kapten sejak fase grup, Jens Raven menyandang status pencetak gol terbanyak dengan tujuh gol hanya dalam empat laga, dan Rahmat Arjuna konsisten di sektor sayap.
Dengan kondisi fisik yang kini kembali prima setelah memperkuat Timnas U-23, ketiganya memiliki peluang besar menjadi tulang punggung masa depan skuad senior.
— Senioritas Bukan Patokan —
Yang menarik dari narasi ini adalah bahwa tidak ada pemain veteran atau nama besar senior yang mendominasi sebagai ikon dalam duel tersebut. Pesan yang terjalin jelas, klub-klub kini menilai kontribusi berdasarkan performa, bentuk, dan potensi—entah dari pemain matang maupun talenta muda. Senioritas bukan lagi prioritas utama dalam membentuk komposisi tim.
Duel ini juga memberi gambaran tentang tren di BRI Super League saat ini. Kompetisi tidak lagi dikuasai oleh nama besar atau reputasi historis, melainkan oleh hasil nyata dan kecocokan strategi.