RADARCIREBON.TV – Sabtu sore (23/8) di Jakarta International Stadium, ribuan pasang mata The Jakmania menjadi saksi bahwa Persija Jakarta, klub dengan sejarah panjang dan slogan besar, hampir saja dipermalukan di kandang sendiri. Malut United, klub pendatang baru dengan label bintang mahal, sukses mengubah atmosfer JIS menjadi panggung drama kiamat mini yang membuat jantung pendukung oranye serasa digilas roller.
Sejak peluit awal, Persija tampak seperti pasukan yang tersesat di padang pasir. Menguasai bola, iya. Menekan, tentu. Tapi hasilnya nihil. Pertahanan Malut United terlalu rapat, seperti tembok benteng zaman perang yang tak bisa ditembus panah maupun meriam. Sementara itu, para pemain Persija tampak bingung: mau menusuk lewat sayap, gagal. Mau mencoba umpan terobosan, mentok. Mau mengandalkan skill individu, sering kandas.
Petaka benar-benar datang ketika jam menunjuk menit ke-60. Rio Fahmi, bek muda penuh energi, malah berubah jadi bom waktu bagi timnya. Setelah mendapat kartu kuning di menit ke-47, ia tetap tampil sembrono hingga akhirnya diusir wasit dengan kartu kuning kedua. Sejak itu, JIS mendadak hening, seolah seluruh tribun menyadari, “Hari ini bisa jadi hari paling memalukan bagi Macan Kemayoran.”
Baca Juga:Prediksi, Live Streaming Persebaya Vs Bali United! Misi Persebaya Akhiri Rekor Buruk!Persija Targetkan Misi Hattrick Kemengan! Mauricio Souza Ungkap 3 Pemain Andalan Yang Absen Melawan Malut Utd
Unggul jumlah pemain, Malut United tidak menyia-nyiakan kesempatan. Mereka langsung menaikkan tempo. Operan cepat, pergerakan lincah, dan nyali besar membuat Persija seperti ayam kehilangan induk. The Jakmania mulai menutup wajah, berharap mimpi buruk tidak terjadi. Tapi kiamat kecil itu akhirnya datang di menit ke-72. Yance Sayuri, pemain dengan kecepatan kilat, sukses menyambar peluang dan mengubah skor menjadi 0-1. JIS pun bergemuruh, tapi bukan oleh sorak sorai, melainkan desahan panjang penonton yang tak percaya klub kebanggaannya dipermainkan tamu.
Di saat Persija seperti kapal oleng di tengah badai, Mauricio Ferreira de Souza mencoba berjudi. Pelatih asal Brasil itu memasukkan Tubarao, rekrutan ke-10 asal negeri Samba, menggantikan Gustavo Franca. Harapannya, Tubarao bisa jadi penyelamat.
Namun faktanya, justru Franca yang lebih dulu dipertanyakan. Ia diplot menggantikan Allano yang absen karena larangan bermain tetapi tampil seperti bayangan, minim kontribusi.