Lebih jauh ia menambahkan, “Kami ingin pengumuman ini bukan hanya informatif, tapi juga menyentuh hati. Kami ingin Bobotoh merasakan kembali romantisme masa lalu, tapi tetap relevan dengan masa kini.”
Pernyataan itu terdengar manis, meski bagi sebagian orang bisa dibaca sinis: bukankah ini cara klub untuk kembali merangkul kalangan Bobotoh senior yang mungkin sudah mulai bosan dengan gimmick digital? Apalagi generasi tua Bobotoh masih lebih setia pada televisi ketimbang repot-repot scrolling YouTube.
Di era gawai genggam yang lebih sering menayangkan potongan gol 20 detik, televisi mungkin dianggap usang. Tapi jangan salah, TV masih punya daya tarik unik. Ia menjadi ruang kebersamaan. Di rumah-rumah Bobotoh, televisi masih menjadi altar kecil: tempat keluarga duduk bersama, tempat tawa dan amarah meledak saat Persib menang atau kalah.
Baca Juga:Ricuh di Laga PSIM vs Persib, Erick Thohir Soroti Tanggung Jawab I.League dan KlubPersib Gagal Menang Lawan PSIM, Bojan Hodak Geleng-Geleng Lini Depan
Dengan memanfaatkan televisi, Persib seperti ingin mengingatkan publik bahwa klub ini bukan hanya soal bisnis, sponsor, dan branding mewah, tapi juga bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Masih ada ayah yang bersorak, ibu yang geleng-geleng kepala, anak yang baru belajar menyanyikan “Halo-halo Bandung”, semua di depan satu layar yang sama.
Ironisnya, di saat klub-klub Eropa berlomba mengumumkan pemain lewat teaser sinematik setara Hollywood, Persib justru balik kanan, memilih stasiun televisi pemerintah yang lebih identik dengan siaran upacara bendera dan acara kesenian daerah. Namun justru di situlah letak pesonanya: sederhana, tapi membekas.
Langkah ini bisa dibaca dalam dua sisi. Di satu sisi, ia romantis, penuh makna, mengajak Bobotoh bernostalgia. Di sisi lain, bisa juga dianggap sebagai manuver yang agak sarkastik: sebuah klub sebesar Persib yang kaya sponsor ternyata masih mengandalkan TVRI, bukan platform digital internasional dengan jutaan views.
Tapi begitulah Persib. Klub ini selalu punya caranya sendiri untuk menarik perhatian. Dari cara memperkenalkan pemain lewat papan bunga yang bikin netizen geleng-geleng kepala, hingga kini menghidupkan lagi layar TVRI. Mungkin inilah bukti bahwa PERSIB bukan sekadar tim bola, melainkan fenomena budaya.