Parah! Manchester United Dipermalukan Grimsby Town: Klub Divisi Empat Inggris!

Manchester United kalah lagi
Manchester United kalah lagi melawan tim divisi empat inggris. Foto : Manchester United
0 Komentar

Sorotan kini tajam tertuju pada pelatih Ruben Amorim. Sejak didatangkan pada November lalu, ia baru mencatatkan 16 kemenangan dari 45 pertandingan. Angka yang tak pantas disandingkan dengan klub sekelas Manchester United.

Yang lebih memalukan, dalam adu penalti melawan Grimsby, Amorim bahkan terlihat duduk terdiam di bangku cadangan, enggan menyaksikan para pemainnya mengambil tendangan. Gaya kepelatihan seperti itu jelas bukan tanda kepemimpinan, melainkan kepasrahan.

Fans pun mulai mempertanyakan: apakah Amorim benar sosok tepat untuk membangun kembali United, atau hanya sekadar nama baru yang akan bernasib sama dengan deretan pelatih gagal sebelumnya?

Baca Juga:Saksikan! Grimsby Town vs Manchester United: Laga Piala Liga Inggris Sebentar LagiKenangan Kelam Dimitar Berbatov di Manchester United, Ditinggalkan, Dikecewakan, dan Tak Sudi Ucapkan Selamat

Di sisi lain, Grimsby pantas mendapatkan semua pujian. Mereka bermain dengan keberanian luar biasa, tanpa rasa minder meski menghadapi klub dengan nilai skuad 200 juta pound di lini depan saja. Tim ini mengandalkan pemain akademi, beberapa pemain paruh waktu, bahkan ada yang berstatus internasional Kepulauan Faroe.

Bagi mereka, kemenangan ini bukan sekadar tiket lolos ke babak berikutnya, tapi juga sejarah emas. Mengalahkan Manchester United—meski United versi paling lemah dalam ingatan—akan selalu jadi cerita yang dikenang puluhan tahun ke depan.

Yang paling ironis adalah kontras antara nilai skuad United dengan hasil di lapangan. Lini serang mereka yang dihuni Bryan Mbeumo, Matheus Cunha, dan Benjamin Sesko dibeli dengan harga sekitar 200 juta pound. Namun dari ketiganya, yang menonjol justru kegagalan. Cunha gagal penalti dengan tendangan lemah, Mbeumo gugup di momen krusial, sementara Sesko nyaris tak terlihat sepanjang laga.

Perbedaan kualitas finansial dengan Grimsby seharusnya menjadikan laga ini seperti latihan berjalan-jalan. Tapi nyatanya, United justru memperlihatkan wajah aslinya: tim dengan mental rapuh, minim kreativitas, dan tak lagi menakutkan.

Kekalahan ini membuat fans United semakin frustrasi. Mereka yang masih setia datang ke stadion atau menonton lewat layar kaca kini harus menerima kenyataan pahit: klub yang dulu jadi kebanggaan, kini rutin mempermalukan diri sendiri.

Di media sosial, amarah bercampur dengan ejekan. Ada yang menulis, “United bukan lagi klub sepak bola, tapi reality show yang tayang tiap pekan.” Ada pula yang menyindir: “Jika Anda ingin bahagia, tonton saja United kalah. Itu hiburan terbaik.”

0 Komentar