•Dampak Kekerasan Tak Sidik, Mungkin Kasus Tidak Pertama
Sayangnya, insiden semacam ini bukan yang pertama kali terjadi. Beberapa bulan sebelumnya, seorang ojol bernama Raka (22) dikeroyok puluhan anggota Brimob di bawah flyover dekat Jakarta Convention Center (JCC) saat ia berada di lokasi hanya untuk beristirahat.
Aparat securiti yang tampaknya keliru mengira Raka adalah demonstran, padahal ia tidak terlibat langsung memukul dengan kekerasan. Raka bahkan dipaksa mengaku sebagai mahasiswa, meskipun ia terus menjawab bahwa dirinya hanyalah seorang driver ojol.
Korban mengalami luka serius di kepala serta lebam di tangan dan kaki. Video dan foto insiden itu viral dan sempat memicu kecaman publik.
•Kesiapan Propam dan Tuntutan Publik
Baca Juga:Ragam Emosi & Solidaritas! Ojol Bandung Bersatu untuk Affan Kurniawan, Driver yang Tewas Tertabrak RantisAksi Kemanusiaan Willie Salim di Tengah Duka, Dampingi Keluarga Affan Kurniawan Korban Ojol yang Tewas Dilinda
Pada kedua kasus insiden Raka dan kecelakaan di Pejompongan, proporsi urgensi untuk penyelidikan mendalam terus didengungkan oleh masyarakat. Permintaan maaf dari Kapolri menjadi langkah awal, namun publik dan komunitas ojol menyuarakan bahwa penyelidikan nyata dengan transparansi penuh adalah hal yang jauh lebih mendesak.
Kematian AK dalam kejadian Pejompongan mempertegas perlunya SOP kepolisian yang memastikan keselamatan warga sipil, terlebih di tengah massa.
•Mengembalikan Keseimbangan Kejelasan Sebagai Instrumen Pemulihan Kepercayaan
Kesimpulannya, peristiwa ini menyorot dua hal besar.
1. Manusia di Belakang Kejadian
Setiap korban bukan sekadar angka, melainkan sosok pekerja keras, seperti AK yang dikenal sebagai tulang punggung keluarga. Nyawanya tak seharusnya menghilang tanpa pertanggungjawaban.
2. Tanggung Jawab Institusi
Permintaan maaf tidak cukup tanpa kejelasan hukum dan kebijakan. Kapolri telah menginisiasi penyelidikan melalui Propam, tetapi publik menunggu hasil nyata, apakah akan ada sanksi terhadap petugas, revisi SOP, atau pelatihan ulang untuk meminimalkan risiko terhadap warga sipil dalam operasi pengamanan?
•Langkah Selanjutnya yang Ditunggu
- Publik dan komunitas ojol berharap transparansi penuh dari Polri, disertai dengan hasil penyelidikan yang akurat.
- Institusi kepolisian diharapkan memperkuat SOP terkait pengendalian massa, pelibatan kendaraan taktis, dan interaksi dengan warga sipil.
- Media dan aktivis akan terus memantau dan menagih akuntabilitas hingga terdapat penyelesaian yang memulihkan kepercayaan publik.