RADARCIREBON.TV – Ketua Komisi II DPRD Jawa Barat yang juga Ketua Umum Mari Sejahterakan Petani (MSP), Bambang Mujiarto ST, menegaskan bahwa peranan petani masih menjadi pilar penting pembangunan bangsa, khususnya di Jawa Barat. Menurutnya, meski berstatus sebagai “pahlawan pangan”, kehidupan petani belum mendapat perhatian yang sepadan dengan pengorbanannya.
“Petani kita punya karakter luar biasa. Mereka mandiri, tidak mudah tergeser oleh keadaan. Persoalan mereka hadapi sendiri tanpa harus banyak mengeluh,” ujar Bambang Mujiarto dalam refleksinya, Minggu (29/9).
Bambang menggambarkan bagaimana petani Jawa Barat selama ini selalu berdiri di garda depan. Saat gagal panen melanda, saat hama merusak tanaman, atau ketika cuaca ekstrem meluluhlantakkan lahan, para petani tidak menunggu bantuan datang. Mereka memilih bangkit dengan cara sendiri.
Baca Juga:Diskusi Dengan Petani, Ono Surono dan Bambang Mujiarto ST Turun Ke Sawah Sapa Petani, Tampung Aspirasi PetaniBambang Mujiarto, DPRD Bukan Rival Eksekutif, Melainkan Mitra Kritis – Video
Namun, ia mengingatkan bahwa ketangguhan itu bukan berarti mereka tak butuh dukungan. Petani justru menghadapi problem serius yang sudah berulang kali disuarakan: mahalnya pupuk, kelangkaan distribusi, hingga krisis air.
“Inilah yang menjadi cermin persoalan para pahlawan pangan kita. Mereka berjuang bukan hanya melawan cuaca dan hama, tapi juga melawan harga pupuk yang mahal dan air yang semakin sulit,” jelasnya.
Dalam paparannya, Bambang menyoroti isu krisis air sebagai problem paling mendesak. Sumber mata air di Jawa Barat kian menyusut, debit irigasi tidak maksimal, dan sawah-sawah terancam gagal tanam. Menurutnya, masalah ini tidak bisa dilihat hanya dari sisi teknis, melainkan juga kerusakan lingkungan yang semakin parah.
“Kalau sumber air di atas sudah hilang, jangan harap sawah di bawah bisa terairi. Persoalan ini bukan sekadar irigasi, tapi kerusakan lingkungan. Maka, penyadaran masyarakat soal menjaga hutan dan sumber air harus menjadi prioritas,” tegasnya.
Bambang mengkritisi bahwa jargon kedaulatan pangan sering hanya sebatas angka produksi. Padahal, kedaulatan pangan tak berarti apa-apa jika tidak diiringi dengan kesejahteraan petani.
“Kedaulatan pangan itu penting, tapi apa gunanya kalau petani tetap miskin? Jangan sampai petani hanya jadi alat produksi, sementara hidupnya masih serba sulit,” ungkapnya.