Ketua Stikom Poltek Cirebon, Yuhano M.Kom, yang turut hadir, menyebut momen ini sebagai bentuk nyata dari pembelajaran karakter.
“Mahasiswa tidak hanya diajarkan berpikir, tapi juga bergerak. Dan hari ini, kita lihat sendiri bagaimana pejabat bisa turun langsung, bukan hanya simbolik, tapi sungguh hadir,” ujarnya.
Matahari sudah mulai naik. Udara semakin panas, tapi suasana tak surut.
Baca Juga:Timnas Panjat Tebing Muda Indonesia Sabet Emas dan Dua Perunggu di Kejuaraan Asia 2025Kiromal Katibin Catat Sejarah, Duduki Puncak Ranking Dunia Panjat Tebing
Di antara dinding panjat dan tali-tali pengaman, ada pelajaran kecil yang besar: bahwa menaklukkan tembok fisik jauh lebih mudah daripada menaklukkan diri sendiri, tapi keduanya butuh hal yang sama, keberanian.
Dies Natalis ke-27 Mata Alam akhirnya menorehkan kisah yang tak biasa: sebuah perayaan yang menghadirkan keringat, tawa, jatuh, bangkit, dan semangat untuk tetap mencintai alam dengan cara yang manusiawi, heroik, dan berani.
Karena pada akhirnya, panjat dinding hanyalah simbol kecil dari perjalanan hidup: kita semua sedang berusaha mencapai puncak, walau kadang terpeleset di tengah jalan.
Dan di situlah nilai sejatinya, bukan siapa yang sampai duluan, tapi siapa yang tetap mau naik lagi meski jatuh dan terpeleset berkali-kali.