Luca Zidane: Dari Prancis ke Aljazair, Jejak Darah, Pilihan Hati, dan Perjalanan Pulang ke Tanah Leluhur

Luca Zidane
Luca Zidane dinaturalisasi Aljazair Foto : Luca Zidane
0 Komentar

“Ayah saya punya perjalanannya sendiri. Saya juga punya perjalanan dan karier saya sendiri,” tegas Luca ketika ditanya mengenai pandangan sang ayah.

Sumber dekat keluarga menyebut bahwa Zinedine Zidane memberi restu sepenuhnya. “Dia hanya berkata satu hal: ‘Mainlah dengan hati, bukan dengan nama,’” ungkap salah seorang sahabat keluarga.

Ironisnya, keputusan Luca datang tak lama setelah Federasi Sepak Bola Aljazair (FAF) sempat mencoba membujuk Zinedine Zidane sendiri untuk menjadi pelatih Timnas menggantikan Djamel Belmadi. Zidane menolak tawaran itu dengan halus, menyebut dirinya masih ingin fokus pada keluarga. Tak lama berselang, Luca justru menerima panggilan dari federasi yang sama, seolah takdir menulis bab baru dalam kisah keluarga Zidane dan Aljazair.

Baca Juga:Akhirnya Zidane Jr Main Buat Timnas Aljazair, Luca Zidane Dapat Panggilan Perdana!Zidane Buka Suara: Mengapa Pep Guardiola Unggul Dalam Debat ‘Manajer Terbaik’ Mengatasi Ferguson?

Langkah Luca datang di momen yang menguntungkan. Aljazair sedang dalam performa impresif di kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Afrika. Di bawah asuhan pelatih Vladimir Petkovic, “Les Fennecs” memuncaki Grup G dengan 19 poin dari delapan laga dan baru saja memastikan tiket ke putaran final usai menaklukkan Somalia 3-0.

Kehadiran Luca Zidane disebut bisa memperkuat sektor penjaga gawang yang selama ini menjadi titik rapuh tim. Dengan pengalaman bermain di Spanyol bersama Granada CF, serta didikan akademi Real Madrid, ia dianggap membawa kombinasi teknik Eropa dan semangat Afrika Utara yang membara.

“Dia punya refleks bagus, mentalitas kompetitif, dan kini motivasi yang luar biasa,” ujar Petkovic dalam wawancara dengan media lokal. “Saya yakin Luca akan menjadi bagian penting dari masa depan Aljazair.”

Tidak sedikit yang menyayangkan keputusan Luca meninggalkan peluang untuk berseragam Prancis. Namun bagi Luca, kebanggaan sejati bukan soal bendera di dada, melainkan perasaan di dalam dada.

“Sepak bola bukan hanya tentang siapa yang lebih besar atau lebih terkenal,” ujarnya. “Ini tentang di mana kamu merasa diterima, di mana kamu merasa rumahmu berada.”

Kalimat itu menggambarkan dengan jelas sosok muda yang matang sebelum waktunya. Ia tidak sekadar menunggangi nama besar Zidane, tapi mencoba menulis bab baru dalam kisah keluarga yang legendaris itu, dengan tinta dan langkahnya sendiri.

0 Komentar