Luka yang Tak Pernah Sembuh: Kisah Tragis Eric Clapton dan Lahirnya Lagu “Tears in Heaven”

Erick Clapton
Tears in Heaven lagi sedih ciptaan Erick Clapton Foto : Ig Erick Clapton
0 Komentar

RADARCIREBON.TV – Tak banyak kisah dalam dunia musik yang sedalam dan sejujur luka seorang ayah yang kehilangan anak. Pada 20 Maret 1991, Eric Clapton, gitaris legendaris yang dikenal dengan permainan blues-nya yang memukau, mengalami tragedi yang selamanya mengubah hidupnya. Putra kecilnya, Conor Clapton, meninggal dunia secara tragis setelah jatuh dari jendela apartemen lantai 53 di Manhattan, New York.

Hari itu, dunia Clapton runtuh seketika. Ia kehilangan bukan hanya seorang anak, tapi juga cahaya dalam hidupnya. Conor yang baru berusia empat tahun, adalah buah cintanya dengan aktris Italia, Lory Del Santo. Clapton baru saja mulai menjalin hubungan lebih dekat dengan anaknya setelah lama terpisah karena kesibukan karier. Mereka baru saja menikmati waktu bersama bermain, tertawa, merayakan ulang tahun Conor beberapa hari sebelumnya. Dan tiba-tiba, semuanya hilang.

Dalam wawancara bertahun-tahun kemudian, Clapton mengaku bahwa ia sempat terjebak dalam kesunyian yang mencekam. Ia berhenti tampil, menutup diri, dan bahkan mempertanyakan apakah masih layak melanjutkan hidup. “Aku tidak tahu bagaimana cara bertahan,” ucapnya dalam satu kesempatan. “Rasanya seperti semua alasan untuk hidup telah diambil dariku.”

Baca Juga:Debut Lagu Pertama Sergio Ramos Langsung Viral, Lagu Tentang Madrid?Kenapa Lagu TikTok Sering Nempel di Kepala? Simak Fenomena Earworm

Namun, dari kesedihan itu, lahirlah sebuah karya yang membuat jutaan orang di dunia ikut menangis,“Tears in Heaven.”

Beberapa bulan setelah kepergian Conor, Clapton menulis lagu tersebut bersama penulis lirik Will Jennings. Ia tidak bermaksud membuat hit besar atau lagu yang indah. Ia hanya ingin mengeluarkan sesuatu yang menyesakkan dadanya, sebuah doa, mungkin, atau percakapan terakhir dengan anaknya.

Lirik “Would you know my name, if I saw you in heaven?” terasa seperti hantaman pelan ke hati siapa pun yang mendengarnya. Kalimat sederhana itu membawa beban yang luar biasa: kerinduan yang tak bisa disampaikan, dan cinta yang tak lagi bisa diwujudkan dengan pelukan. Lagu itu bukan sekadar karya, tapi ratapan jiwa.

“Tears in Heaven” pertama kali dirilis tahun 1992 sebagai bagian dari soundtrack film Rush. Namun, versi paling terkenal datang dari penampilan Clapton di konser MTV Unplugged. Hanya dengan gitar akustik dan suara serak lirihnya, Clapton membuat seluruh dunia terdiam. Tidak ada efek panggung, tidak ada sorotan glamor hanya seorang ayah yang bernyanyi untuk anaknya yang telah pergi.

0 Komentar