Spalletti bukan sembarang pelatih. Ia adalah arsitek di balik kisah indah Napoli musim 2022–2023, yang menjuarai Serie A setelah 33 tahun penantian. Ia membuat tim tanpa superstar menjadi mesin tak terhentikan. Tapi kini, dia akan melatih skuad Juventus yang justru penuh ego, tapi minim semangat.
Pertanyaannya sederhana tapi tajam: apakah Spalletti bisa membangunkan ruang ganti yang sudah dingin seperti lemari es? Apakah taktik menyerang nan cairnya bisa bekerja dengan skuad yang bahkan tak tahu bagaimana cara mencetak gol dari jarak lima meter?
Yang jelas, tantangan di Turin tidak sekadar teknis. Ini soal mental, identitas, dan mungkin juga kesabaran. Suporter sudah muak, manajemen gelisah, dan para pemain tampak kehilangan arah. Masuk ke ruang ganti Juventus saat ini mungkin seperti berjalan ke ladang ranjau, salah langkah sedikit, meledak.
Baca Juga:Resmi! Juventus Pecat Igor Tudor! Inilah 4 Kandidat Pengganti Tebaiknya?Kenan Yildiz Diminati Real Madrid, Juventus Tak Keberatan Asal Harga Cocok?
Igor Tudor boleh jadi pergi, tapi jejak kegagalannya masih membekas. Juventus kini terdampar di papan tengah klasemen Serie A, jauh dari bayang-bayang kejayaan mereka di masa lalu. Tim ini kehilangan taring, kehilangan karakter, dan, ironisnya, kehilangan rasa malu.
Spalletti datang bukan hanya untuk melatih, tapi untuk membangkitkan kesadaran. Jika kesepakatan ini benar-benar terjadi, dia akan menghadapi ujian mental terbesar dalam kariernya: menyelamatkan Juventus dari kehancuran total.
Luciano Spalletti mungkin bukan penyihir, tapi Juventus membutuhkan keajaiban. Di klub sebesar ini, waktu bukanlah sekutu, satu hasil imbang bisa berarti panggilan ke kantor direksi.
Juventus sedang berjudi dengan nasibnya. Mereka berharap pelatih berpengalaman ini bisa menambal lubang kapal yang sudah separuh tenggelam. Tapi siapa tahu, mungkin Spalletti memang sosok yang mereka butuhkan: keras kepala, penuh ide, dan cukup gila untuk percaya bahwa Bianconeri bisa bangkit lagi.
Atau, mungkin juga ini hanya babak baru dari komedi tragis Juventus: mengganti pelatih, berharap mujizat, lalu kecewa lagi.
Apapun itu, satu hal pasti, jika Spalletti benar duduk di bangku pelatih Juventus, Serie A akan kembali punya cerita. Dan kali ini, mungkin dengan sedikit darah dan banyak drama.
