1. Dari sisi kesucian tempat
Tempat seperti Kaʿbah dan kompleks MasjidilHaram bukan sekadar lokasi wisata, melainkan situs ibadah yang sangat disucikan. Otoritas Saudi Arabia meminta para jemaah untuk menjaga adab ketika mengambil foto di area tersebut: “Sanctity of the place, we have to heed manners of photo-taking and safeguard others’ rights.” Selain itu, dalam konteks ibadah seperti haji/umrah, ada himbauan agar tidak terlalu banyak selfie karena bisa mengganggu suasana khusyu.
Mengubah sebuah keluarga “seakan” sedang di depan Kaʿbah bisa menimbulkan dilema: apakah ini sekadar ekspresi kreatif atau malah menyamarkan realitas ibadah? Apakah men-edit membuat semacam representasi yang bisa menurunkan nilai keaslian pengalaman?
2. Dari sisi niat & keaslian
Dalam ajaran Islam, niat sangat penting dalam setiap ibadah dan simbol. Jika foto edit dibuat “untuk pamer” atau “untuk terlihat sedang di Tanah Suci” tanpa dasar yang jujur, maka bisa memunculkan unsur riya (menunjuk-nunjuk) atau kesan menipu visual. Beberapa ulama mengingatkan bahwa foto di tempat suci untuk sekadar kenangan bisa jadi bermasalah.
Baca Juga:Bisa Nongkrong Sampai Subuh: Gemini AI Buktikan Anak Strict Parents Juga Punya Kebebasan DigitalTiduran Tenang di Atas Laut Tanpa Tenggelam, Padahal Hanya Hasil Keajaiban Gemini AI
Meskipun edit foto sendiri bukan ibadah haji/umrah, tapi ketika menampilkan gambar yang seolah-olah tahap ibadah atau di tempat suci, muncul pertanyaan: Apakah kita memperlakukan foto itu seperti pengalaman nyata atau sekadar visual rekayasa?
3. Dari sisi anak-keluarga & sosial media
Jika anak ikut dalam foto edit semacam ini, maka muncul aspek psikologis: Apakah foto ini memberikan kesadaran bahwa ini real atau hanya simulasi? Apakah anak akan menganggapnya sebagai “itu kita di Tanah Suci” padahal tidak? Hal ini bisa memunculkan ekspektasi yang tidak realistis. Dalam studi berbeda mengenai editing foto anak, ditemukan bahwa praktik edit bisa mempengaruhi citra diri dan persepsi anak terhadap realitas.
Meski konteksnya berbeda, prinsipnya serupa: ketika visual diedit sedemikian rupa agar tampak “lebih bagus”, maka realitas di balik foto bisa terdistorsi.
4. Dari sisi hak cipta & privasi
