Meskipun secara hasil United tetap memenangkan Liga Premier musim itu (dengan margin besar), sebagai seorang tradisionalis Ferguson merasa bahwa keputusan itu telah mencederai nilai kompetisi.
Ia menambahkan bahwa kejadian itu menimbulkan “a lack of respect” bagi dirinya dan klub, bukan hanya dari publik, tetapi juga dari persepsi bahwa United memilih prioritas lain.
Perasaan ini menunjukkan bahwa meskipun trofi dan sukses secara numerik banyak, ada aspek integritas, wanita tradisi klub, dan simbol yang menurut Ferguson mengalami kerusakan.
•Relevansi dengan Tema “Gagal Dapat Piala Dunia”
Baca Juga:Manchester United Hidupkan Kembali Mimpi Lama Sir Alex Ferguson di Bursa Transfer Musim Depan, Apa itu?Kerugian Mega di Old Trafford: Bagaimana Kesalahan Transfer Pasca-Ferguson Menghambat Kebangkitan Man United
Walaupun Ferguson tidak berbicara, setidaknya menurut catatan publik tentang penyesalan karena secara pribadi gagal memenangkan FIFA World Cup (yang memang bukan tanggung jawabnya karena ia adalah manajer klub, bukan tim nasional), ada dua poin relevan yang bisa dihubungkan.
1. Ekspektasi yang tinggi dan beban ambisi
Ferguson pernah berbicara bahwa ekspektasi terhadap pemain seperti Wayne Rooney di Piala Dunia sangat besar, dan ia pun menyebut bahwa beban tersebut bisa meredam performa pemain tersebut. “I think there was such expectation on him” terkait dengan performa Rooney di Piala Dunia.
Dengan demikian, Ferguson memahami bahwa kegagalan di level tertinggi, baik tim klub atau tim nasional, bukan semata‐kesalahan individu, tetapi juga tentang realitas bahwa kemenangan global jauh lebih sulit dicapai.
2. Ambisi yang melebar ke ranah politik & simbolis
Keputusan United menarik diri dari FA Cup demi membantu agar Inggris bisa menjadi tuan rumah World Cup menunjukkan bahwa Ferguson dan klubnya beroperasi di junction antara olahraga dan geopolitik.
Ia kemudian merasa bahwa keputusan tersebut merugikan reputasi dan nilai kompetisi domestik, yang artinya kegagalan atau kerugian di satu domain bisa berdampak di ranah lainnya.
Dengan demikian, meskipun bukan gagal meraih Piala Dunia secara langsung, penyesalan Ferguson mencakup bagaimana ambisi besar, termasuk untuk terlibat dalam momentum global, justru berbalik menjadi beban. Dan dalam logika tersebut, tema “gagal dapat Piala Dunia” bisa diinterpretasikan sebagai refleksi kegagalan dalam meraih kemenangan simbolik dan global, bukan hanya domestik.
