Manahan di Bawah Sinar Senja: Kisah Cinta Persija dan Solo dalam Gemuruh Stadion

Sepakbola Indonesia
Persija Jakarta, yang kerap dijuluki Macan Kemayoran, datang ke kota Bengawan dengan satu tujuan besar, mematahkan kutukan Manahan dan menorehkan kisah manis di tengah dukungan tuan rumah. Foto: Persija/tangkap layar - radarcirebon.tv
0 Komentar

RADARCIREBON.TV- Malam itu di Stadion Manahan, Solo, terasa begitu magis seakan ada alunan simfoni romantis yang menari di udara.

Persija Jakarta, yang kerap dijuluki Macan Kemayoran, datang ke kota Bengawan dengan satu tujuan besar, mematahkan kutukan Manahan dan menorehkan kisah manis di tengah dukungan tuan rumah.

Sejak lama, Stadion Manahan dianggap angker bagi Persija. Mereka tak pernah merasakan kemenangan melawan Persis Solo di kandang tersebut dalam empat pertemuan terakhir. Namun malam 16 Agustus 2025 menjadi saksi perjalanan emosional Persija yang gigih: mereka menelan kutukan, mendominasi permainan, dan akhirnya pulang dengan kemenangan 3-0.

Baca Juga:Drama Hingga Detik Akhir! Belanda Kunci Tiket Piala Dunia 2026 Lewat Performa Paling Mematikan dalam 1 DekadeMemanfaatkan Gemini AI untuk Membuat Edit Rumah Horor Demi Prank Teman Begini Fenomenanya 

Malam “Pecah Telur” di Solo

Pada laga BRI Super League pekan ke-2, Persija menghadapi Persis Solo di Stadion Manahan. Sejak awal, tim tamu menunjukkan determinasi tinggi. Serangan demi serangan dilancarkan, umpan-umpan terukur mengalir dari kaki-kaki pemain Persija tak ada rasa takut menghadapi atmosfer tuan rumah.

Gol pertama datang menjelang akhir babak pertama, ketika Gustavo Franca memanfaatkan bola liar dari tepisan kiper Persis. Sebuah tembakan keras yang menembus jantung pertahanan, membawa Persija unggul 1-0.

Di babak kedua, momentum makin berpihak pada Macan Kemayoran. Kolektifitas mereka di lini depan terlihat jelas, Maxwell mencetak gol kedua berkat kerjasama apik, sebelum Eksel Runtukahu menutup pesta dengan gol di masa tambahan waktu.

Namun, tidak semuanya berjalan mulus: dalam menit-menit akhir ada ketegangan emosional ketika Allano de Souza mendapat kartu merah setelah terlibat insiden dengan pemain Persis.

Pujaan untuk Manahan: Cinta dari Pelatih dan Pemain

Mauricio Souza, pelatih asal Brasil yang mengarsiteki kemenangan bersejarah itu, tak sungkan menyampaikan pujian tulusnya kepada Stadion Manahan. Dia menyebut lapangan yang digunakan sebagai “luar biasa” rumput berkualitas, suasana stadion yang mendukung, dan sebuah panggung bagi pemain untuk mengekspresikan kemampuan terbaik mereka.

Souza bahkan berani membandingkan rumput Manahan dengan kandang Persija sendiri, Jakarta International Stadium (JIS). Menurutnya, rumput di Manahan jauh lebih kondusif untuk bermain sepak bola atraktif, sedangkan JIS masih perlu banyak perbaikan.

0 Komentar